BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Hipertiroid
di Indonesia masih banyak dijumpai, karena hipertiroid dapat disebabkan
beberapa penyebab antara lain : penyakit Graves (75%) Hipertiroid dapat terjadi
di daerah endemik maupun cukup yodium, sehingga masyarakat yang mengalami
hipertiroid ini memerlukan perawatan dan pengobatan yang baik. Hipertiroid
lebih banyak pada wanita dibandingkan pria dengan rasio 1:5, dan banyak terjadi
di usia pertengahan. Beberapa
kepustakaan luar negeri menyebutkan insidensinya masa anak diperkirakan
1/100.000 anak per tahun. Mulai 0,1/100.000 anak per tahun untuk anak usia 0-4
tahun meningkat sampai dengan 3/100.000 anak per tahun pada usia remaja .
Hipertiroid menyebabkan kelainan pada banyak organ salah satunya pada sistem
kardiovaskular. Beberapa studi dan penelitian mengemukakan bahwa terjadi atrial
fibrilasi 33 dari 47% pasien dengan umur lebih dari 60 tahun. Serta kurang dari
1% kasus serangan baru atrial fibrilasi disebabkan hipertiroid. Dan penelitian
yang dilakukan oleh Nakazawa melaporkan 11.345 pasien dengan hipertiroid 288
kasus disertai atrial fibrilasi, 6 kasus mengalami emboli sistemik, diantaranya mengalami gagal jantung,
diantaranya berusia > 50 tahun.
Kelainan tiroid merupakan kelainan
endokrin tersering kedua yang ditemukan selama kehamilan. Berbagai perubahan
hormonal dan metabolik terjadi selama kehamilan, menyebabkan
perubahan kompleks pada fungsi tiroid maternal. Hipertiroid adalah kelainan
yang terjadi ketika kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid yang berlebihan
dari kebutuhan tubuh
B. RUMUSAN MASALAH
1.
Apa definisi hipertiroid?
2.
Apa saja penyebab hipertiroid?
3.
Apa manifestasi klinis hipertiroid?
4.
Bagaimana anatomi fisiologi dari hipertiroid?
5.
Bagaimana klasifikasi hipertiroid?
6.
Bagaiamana patofisiologi hipertiroid?
7.
Bagaiamana WOC hipertiroid?
8.
Bagaiamana cara penatalaksanaan hiprtiroid?
9.
Bagaiaman asuhan keperawatan hipertiroid?
C. TUJUAN MAKALAH
1.
Untuk mengetahui definisi hipertiroid
2.
Untuk mengetahui etiologi hipertiroid
3.
Untuk mengetahui manifestasi klinis
4.
Untuk anatomi fisiologi hipertiroid
5.
Untuk mengetahui klasifikasi hipertiroid
6.
Untuk mengetahui patofisiologi hipertiroid
7.
Untuk mengetahui woc hipertiroid
8.
Untuk mengetahui penatalaksanaan hipertiroid
9.
Untuk mengetahui askep hipertiroid
BAB II
TINJAUAN
TEORITIS
A. DEFENISI
Hipertiroidisme (Tiroktosikosis) merupakan suatu keadaan di mana didapatkan
kelebihan hormon tiroid karena ini berhubungan dengan suatu kompleks fisiologis
dan biokimiawi yang ditemukan bila suatu jaringan memberikan hormon tiroid
berlebihan.
Hipertiroidisme adalah kadar hormon tiroid yang bersirkulasi berlebihan.
Gangguan ini dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid hipofisis, atau
hipotalamus. (Elizabeth J.Corwin:296)
Hipertiroidisme dapat didefinisikan sebagai respon jaringan-jaringan
terhadap pengaruh metabolik terhadap hormon tiroid yang berlebihan (Price &
Wilson:337)
Hipertiroid adalah suatu ketidakseimbangan metabolik
yang merupakan akibat dari produksi hormon tiroid yang berlebihan. (Dongoes E,
Marilynn , 2000 hal 708)
Hipertiroid atau Hipertiroidisme adalah suatu keadaan
atau gambaran klinis akibat produksi hormon tiroid yang berlebihan oleh
kelenjar tiroid yang terlalu aktif. Karena tiroid memproduksi hormon tiroksin
dari lodium, maka lodium radiaktif dalam dosis kecil dapat digunakan untuk
mengobatinya (mengurangi intensitas fungsinya).
B. ETIOLOGI
1. Beberapa penyakit yang menyebabkan
Hipertiroid yaitu :
a.
Penyakit
Graves
Penyakit ini
disebabkan oleh kelenjar tiroid yang oberaktif dan merupakan penyebab
hipertiroid yang paling sering dijumpai. Penyakit ini biasanya turunan. Wanita
5 kali lebih sering daripada pria. Di duga penyebabnya adalah penyakit
autonoium, dimana antibodi yang ditemukan dalam peredaran darah yaitu tyroid
stimulating.
Immunogirobulin (TSI antibodies), Thyroid peroksidase antibodies (TPO) dan
TSH receptor antibodies (TRAB). Pencetus kelainan ini adalah stres, merokok,
radiasi, kelainan mata dan kulit, penglihatan kabur, sensitif terhadap sinar,
terasa seperti ada pasir di mata, mata dapat menonjol keluar hingga double vision.Penyakit mata ini sering berjalan sendiri dan tidak tergantung pada tinggi
rendahnya hormon teorid. Gangguan kulit menyebabkan kulit jadi merah,
kehilangan rasa sakit, serta berkeringat banyak.
b.
Toxic Nodular Goiter
Benjolan leher akibat pembesaran tiroid yang berbentuk biji padat, bisa
satu atau banyak. Kata toxic berarti hipertiroid, sedangkan nodule atau biji
itu tidak terkontrol oleh TSH sehingga memproduksi hormon tiroid yang
berlebihan.
c.
Minum obat Hormon Tiroid berlebihan
Keadaan demikian tidak jarang
terjadi, karena periksa laboratorium dan kontrol ke dokter yang tidak teratur.
Sehingga pasien terus minum obat tiroid, ada pula orang yang minum hormon
tiroid dengan tujuan menurunkan badan hingga timbul efek samping.
d. Produksi TSH yang Abnormal
Produksi TSH
kelenjar hipofisis dapat memproduksi TSH berlebihan, sehingga merangsang tiroid
mengeluarkan T3 dan T4 yang banyak.
e.
Tiroiditis (Radang kelenjar Tiroid)
Tiroiditis sering terjadi pada ibu setelah melahirkan, disebut tiroiditis
pasca persalinan, dimana pada fase awal timbul keluhan hipertiorid, 2-3 bulan
kemudian keluar gejala hpotiroid.
f.
Konsumsi Yoidum Berlebihan
Bila
konsumsi berlebihan bisa menimbulkan hipertiroid, kelainan ini biasanya timbul
apabila sebelumnya si pasien memang sudah ada kelainan kelenjar tiroid.
2.
Penyebab Utama
·
Penyakit Grave
·
Toxic multinodular goitre
·
’’Solitary toxic adenoma’’
3.
Penyebab Lain
·
Tiroiditis
·
Penyakit troboblastis
·
Ambilan hormone tiroid secara berlebihan
·
Pemakaian yodium yang berlebihan
·
Kanker pituitari
·
Obat-obatan seperti Amiodarone
C. MANIFESTASI KLINIS
a.
Peningkatan frekuensi denyut jantung
b. Peningkatan
tonus otot, tremor, iritabilitas, peningkatan kepekaan terhadap Katekolamin
c. Peningkatan
laju metabolisme basal, peningkatan pembentukan panas, intoleran terhadap
panas, keringat berlebihan
d. Penurunan
berat, peningkatan rasa lapar (nafsu makan baik)
e. Peningkatan
frekuensi buang air besar
f. Gondok
(biasanya), yaitu peningkatan ukuran kelenjar tiroid
g. Gangguan
reproduksi
h. Tidak tahan
panas
i.
Cepat letih
j.
Tanda bruit
k. Haid sedikit
dan tidak tetap
l.
Pembesaran kelenjar tiroid
m. Mata melotot
(exoptalmus)
D.
ANATOMI
FISIOLOGI
a.
Anatomi
Kelenjar tiroid merupakan kelenjar
berwarna merah kecoklatan dan sangat vascular. Terletak di anterior cartilago thyroidea di bawah
laring setinggi vertebra cervicalis 5 sampai vertebra thorakalis 1. Kelenjar
ini terselubungi lapisan pretracheal dari fascia cervicalis dan terdiri atas 2
lobus, lobus dextra dan sinistra, yang dihubungkan oleh isthmus. Beratnya kira2
25 gr tetapi bervariasi pada tiap individu. Kelenjar tiroid sedikit lebih berat
pada wanita terutama saat menstruasi dan hamil. Lobus kelenjar tiroid seperti
kerucut. Ujung apikalnya menyimpang ke lateral ke
garis oblique pada lamina cartilago thyroidea dan basisnya setinggi cartilago
trachea 4-5. Setiap lobus berukutan 5x3x2 cm. Isthmus menghubungkan bagian
bawah kedua lobus, walaupun terkadang pada beberapa orang tidak ada. Panjang
dan lebarnya kira2 1,25 cm dan biasanya anterior dari cartilgo trachea walaupun
terkadang lebih tinggi atau rendah karena kedudukan dan ukurannya berubah.
Kelenjar ini tersusun dari bentukan
bentukan bulat dengan ukuran yang bervariasi yang disebut thyroid follicle. Setiap
thyroid follicle terdiri dari sel-sel selapis kubis pada tepinya yang
disebut SEL FOLIKEL dan mengelilingi koloid di dalamnya.
Folikel ini dikelilingi jaringan ikat tipis yang kaya dengan pembuluh darah.
Sel folikel yang mengelilingi thyroid folikel ini dapat berubah sesuai dengan
aktivitas kelenjar thyroid tersebut. Ada kelenjar thyroid yang
hipoaktif, sel foikel menjadi kubis rendah, bahkan dapat menjadi pipih. Tetapi
bila aktivitas kelenjar ini tinggi, sel folikel dapat berubah menjadi
silindris, dengan warna koloid yang dapat berbeda pada setiap thyroid folikel
dan sering kali terdapat Vacuola Resorbsi pada koloid tersebut.
b. Fisiologi
Hormon tiroid dihasilkan oleh kelenjar tiroid.
Kelenjar tiroid memiliki dua buah lobus, dihubungkan oleh isthmus, terletak di kartilago
krokoidea di leher pada cincin trakea ke dua dan tiga. Kelenjar tiroid
berfungsi untuk pertumbuhan dan mempercepat metabolisme. Kelenjar tiroid
menghasilkan dua hormon yang penting yaitu tiroksin (T4) dan triiodotironin
(T3). Karakteristik triioditironin adalah berjumlah lebih sedikit dalam serum
karena reseptornya lebih sedikit dalam protein pengikat plasma di serum tetapi
ia lebih kuat karena memiliki banyak resptor pada jaringan. Tiroksin memiliki
banyak reseptor pada protein pengikat plasma di serum yang mengakibatkan
banyaknya jumlah hormon ini di serum, tetapi ia kurang kuat berikatan pada
jaringan karena jumlah reseptornya sedikit.
Proses pembentukan hormon tiroid adalah:
1. Proses
penjeratan ion iodida dengan mekanisme pompa iodida. Pompa ini dapat memekatkan
iodida kira-kira 30 kali konsentrasinya di dalam darah;
2. Proses
pembentukan tiroglobulin. Tiroglobulin adalah glikoprotein besar yang nantinya
akan mensekresi hormon tiroid;
3. Proses
pengoksidasian ion iodida menjadi iodium. Proses ini dibantu oleh enzim
peroksidase dan hidrogen peroksidase.
4. Proses
iodinasi asam amino tirosin. Pada proses ini iodium (I) akan menggantikan
hidrogen (H) pada cincin benzena tirosin. Hal ini dapat terjadi karena afinitas
iodium terhadap oksigen (O) pada cincin benzena lebih besar daripada hidrogen.
Proses ini dibantu oleh enzim iodinase agar lebih cepat.
5. Proses
organifikasi tiroid. Pada proses ini tirosin yang sudah teriodinasi (jika
teriodinasi oleh satu unsur I dinamakan monoiodotirosin dan jika dua unsur I
menjadi diiodotirosin)
6. Proses
coupling (penggandengan tirosin yang sudah teriodinasi). Jika monoiodotirosin
bergabung dengan diiodotirosin maka akan menjadi triiodotironin. Jika dua
diiodotirosin bergabung akan menjadi tetraiodotironin atau yang lebih sering
disebut tiroksin. Hormon tiroid tidak larut dalam air jadi untuk diedarkan
dalam darah harus dibungkus oleh senyawa lain, dalam hal ini tiroglobulin.
Tiroglobulin ini juga sering disebut protein pengikat plasma. Ikatan protein
pengikat plasma dengan hormon tiroid terutama tiroksin sangat kuat jadi
tiroksin lama keluar dari protein ini. Sedangkan triiodotironin lebih mudah
dilepas karena ikatannya lebih lemah.
E. KLASIFIKASI
Hipertiroidisme (Tiroktosikosis) di bagi dalam 2 kategori:
1.
Kelainan yang berhubungan dengan Hipertiroidisme
2.
Kelainan yang tidak berhubungan dengan Hipertiroidisme
Klasifikasi lain :
1. Goiter
Toksik Difusa (Graves’ Disease)
Kondisi yang disebabkan, oleh adanya
gangguan pada sistem kekebalan tubuh dimana zat antibodi menyerang kelenjar
tiroid, sehingga menstimulasi kelenjar tiroid untuk memproduksi hormon tiroid
terus menerus.
Graves’ disease lebih banyak ditemukan pada
wanita daripada pria, gejalanya dapat timbul pada berbagai usia, terutama pada
usia 20 – 40 tahun. Faktor keturunan juga dapat mempengaruhi terjadinya
gangguan pada sistem kekebalan tubuh, yaitu dimana zat antibodi menyerang sel
dalam tubuh itu sendiri.
2. Nodular
Thyroid Disease
Pada kondisi ini biasanya ditandai
dengan kelenjar tiroid membesar dan tidak disertai dengan rasa nyeri.
Penyebabnya pasti belum diketahui. Tetapi umumnya timbul seiring dengan
bertambahnya usia.
3. Subacute Thyroiditis
Ditandai dengan rasa nyeri,
pembesaran kelenjar tiroid dan inflamasi, dan mengakibatkan produksi hormon
tiroid dalam jumlah besar ke dalam darah. Umumnya gejala
menghilang setelah beberapa bulan, tetapi bisa timbul lagi pada beberapa
orang.
4. Postpartum Thyroiditis
Timbul pada 5 – 10% wanita pada 3 –
6 bulan pertama setelah melahirkan dan terjadi selama 1 -2 bulan. Umumnya kelenjar
akan kembali normal secara perlahan-lahan
F. PATOFISIOLOGI
Penyebab hipertiroidisme biasanya
adalah penyakit graves, goiter toksika. Pada kebanyakan penderita
hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga kali dari ukuran
normalnya, disertai dengan banyak hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel
folikel ke dalam folikel, sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat beberapa
kali dibandingkan dengan pembesaran kelenjar. Juga, setiap sel meningkatkan
kecepatan sekresinya beberapa kali lipat dengan kecepatan 5-15 kali lebih besar
daripada normal.
Pada hipertiroidisme, kosentrasi TSH
plasma menurun, karena ada sesuatu yang “menyerupai” TSH, Biasanya bahan –
bahan ini adalah antibodi immunoglobulin yang disebut TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin), yang berikatan
dengan reseptor membran yang sama dengan reseptor yang mengikat TSH. Bahan –
bahan tersebut merangsang aktivasi cAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah
hipertiroidisme. Karena itu pada pasien hipertiroidisme kosentrasi TSH menurun,
sedangkan konsentrasi TSI meningkat. Bahan ini mempunyai efek perangsangan yang
panjang pada kelenjar tiroid, yakni selama 12 jam, berbeda dengan efek TSH yang
hanya berlangsung satu jam. Tingginya sekresi hormon tiroid yang disebabkan
oleh TSI selanjutnya juga menekan pembentukan TSH oleh kelenjar hipofisis
anterior.
Pada hipertiroidisme, kelenjar
tiroid “dipaksa” mensekresikan hormon hingga diluar batas, sehingga untuk
memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori kelenjar tiroid membesar. Gejala
klinis pasien yang sering berkeringat dan suka hawa dingin termasuk akibat dari
sifat hormon tiroid yang kalorigenik, akibat peningkatan laju metabolisme tubuh
yang diatas normal. Bahkan akibat proses metabolisme yang menyimpang ini,
terkadang penderita hipertiroidisme mengalami kesulitan tidur. Efek pada
kepekaan sinaps saraf yang mengandung tonus otot sebagai akibat dari
hipertiroidisme ini menyebabkan terjadinya tremor otot yang halus dengan
frekuensi 10-15 kali perdetik, sehingga penderita mengalami gemetar tangan yang
abnormal. Nadi yang takikardi atau diatas normal juga merupakan salah satu efek
hormon tiroid pada sistem kardiovaskuler. Eksopthalmus yang terjadi merupakan
reaksi inflamasi autoimun yang mengenai daerah jaringan periorbital dan otot-otot
ekstraokuler, akibatnya bola mata terdesak keluar.
G. WOC
H.
PENATALAKSANAAN
a.
Konservatif
Tata laksana
penyakit Graves :
ü Obat
Anti-Tiroid. Obat ini menghambat produksi hormon tiroid. Jika dosis berlebih,
pasien mengalami gejala hipotiroidisme.Contoh obat adalah sebagai berikut :
1.
Thioamide
2.
Methimazole dosis awal 20 -30 mg/hari
3.
Propylthiouracil (PTU) dosis awal 300 – 600 mg/hari, dosis maksimal 2.000
mg/hari
4.
Potassium Iodide
5.
Sodium Ipodate
6.
Anion Inhibitor
7.
Beta-adrenergic reseptor antagonist.
Obat ini adalah untuk mengurangi gejalagejala hipotiroidisme. Contoh:
Propanolol
Indikasi :
1.
Mendapat remisi yang menetap atau memperpanjang remisi
pada pasien muda dengan struma ringan –sedang dan tiroktosikosis
2.
Untuk mengendalikan tiroktosikosis pada fase sebelum
pengobatan atau sesudah pengobatan yodium radioaktif
3.
Persiapan tiroidektomi
4.
Pasien hamil, usia lanjut
5.
Krisis tiroid
Penyekat adinergik ß pada awal terapi diberikan, sementara menunggu pasien
menjadi eutiroid setelah 6-12 minggu pemberian anti tiroid. Propanolol dosis
40-200 mg dalam 4 dosis pada awal pengobatan, pasien kontrol setelah 4-8
minggu. Setelah eutiroid, pemantauan setiap 3-6 bulan sekali: memantau gejala
dan tanda klinis, serta Lab.FT4/T4/T3 dan TSHs. Setelah tercapai eutiroid, obat
anti tiroid dikurangi dosisnya dan dipertahankan dosis terkecil yang masih
memberikan keadaan eutiroid selama 12-24 bulan. Kemudian pengobatan dihentikan
, dan di nilai apakah tejadi remisi. Dikatakan remisi apabila setelah 1 tahun
obat antitiroid di hentikan, pasien masih dalam keadaan eutiroid, walaupun
kemidian hari dapat tetap eutiroid atau terjadi kolaps.
b.
Surgical
·
Radioaktif iodine.
Tindakan ini adalah untuk memusnahkan kelenjar tiroid
yang hiperaktif
·
Tiroidektomi.
Tindakan pembedahan ini untuk mengangkat kelenjar
tiroid yang membesar
BAB III
ASUHAN
KEPERAWATAN TEORITIS
1.
Pengkajian
I. Identitas
Nama :
Tempat dan
tanggal lahir :
Umur :
Jenis
kelamin :
Alamat :
No. Rekam
medik :
Status perkawinan :
Agama :
Pendidikan
terakhir :
Pekerjaan :
Tanggal
masuk RS :
II. TANDA-TANDA VITAL
TD :
Suhu :
RR :
Nadi :
III. RIWAYAT KESEHATAN
a. Riwayat
kesehatan dahulu
b.
Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya
pasien merasa perutnya tidak enak dan sering buang air besar dengan konsistensi
cair.
c.
Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya
keluarga pasien tidak ada yang mengalami penyakit yang sama seperti pasien
IV. Pemeriksaan fisik
a.
Kepala
1. Rambut : biasanya rambut klien tampak,berwarna hitam,kulit
kepala bersih,dan tidak rontok
2.Wajah : Terlihat menahan sakit, tidak ada perubahan
fungsi atau bentuk
3.Mata : Simetris kiri kanan, isokor (3mm), konjungtiva
anemis, sklera tidak ikterik, dan pupil normal (mengecil).
4.Hidung : Tidak ada deformitas dan tidak ada pernafasan
cuping hidung
5.Mulut : Tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak
terjadi perdarahan, mukosa mulut tidak pucat
6.Telinga :
Telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada lesi atau nyeri
b.
Leher :
Biasanya tidak ada pembesaran tyroid dan pembesaran getah bening
c.
Dada/Thorax
Inspeksi : Tidak ada kelainan
pernafasan
Palpasi : Biasanya ditemukan
takil premitus seimbang kiri dan kanan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Tidak ditemukan suara nafas tambahan
d.
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus
cordis tidak teraba RIC V.
Perkusi : Pekak
Auskultasi : Irama jantung teratur.
e. Perut/abdomen
Inspeksi : bentuk datar, tidak
membuncit.
Auskultasi : bising usus normal (5-35 x/i)
Palpasi
: Turgor kulit baik, hepar tidak teraba
Perkusi : Tympani
f. Genitalia
Biasanya tidak ada gangguan pada genitalianya, tidak
ada keluhan nyeri pada genitalianya, warna urinenya normal (jernih kekuningan,
tidak terdapat endapan, baunya khas.
g.
Ekstremitas
Biasanya
tidak ada gangguan pada ekstremitas pasien.
V.
Pola
kebiasaan sehari-hari
a.
Nutrisi
1.Makanan
a. sehat : klien
makan teratur, makan 3x sehari habis 1
porsi denagn nasi+lauk+sayuran+buah.
b. sakit : klien
makan 2x sehari , habis < ½ porsi dengan nasi+lauk pauk, klien mengatakan
terjadi penurunan nafsu makan karena mual muntah yang di alami.
2.Minuman
a. sehat : klien
megatakan minum 2 liter/ hari , komposisi: air putih.
b. sakit : <1,5
L, komposisi: air putih , cairan infus
b.
Eliminasi
1.
BAK
a. sehat : klien mengatakan BAK
5-6 x sehari warna kuning-kekuningan, tidak ada endapan dan tidak ada keluhan
nyeri.
b. sakit : 2-3 x sehari<
200 ml, warna kuning,tidak ada endapan dan tidak ada keluhan nyeri
2.
BAB
a. sehat : 2x/ hari,
konsistensi padat, warna kekuningan , tidak ada nyeri.
b. sakit : 1x/ hari ,
konsistensi padat,warna kekuningan, tidak ada nyeri.
c.
Istirahat dan tidur
a. sehat : siang
hari tidur 1-2 jam, tidur malam 6-7 jam, dan tidak ada gangguan tidur.
b. sakit : siang
hari tidur <1 jam, tidur malam 4-5 jam, klien mengatakan sulit tidur karena
nyeri yang dirasakan.
d. Personal Hygiene
1.
Mandi
a. sehat : 2x
sehari, pakai sabun , dan mandi sendiri.
b. sakit : 1x
sehari, mandi lap, di bantu oleh perawat dan keluarga.
2.
Gosok gigi
a. sehat : 2x
sehari , pakai odol,mandiri
b. sakit : tidak
pernah gosok gigi , hanya berkumur-kumur , di bantu keluarga.
B. Diagnosa
a.
Resiko tinggi teradap penurunan curah jantung
berhubungan dengan hipertiroid tidak
terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung.
b.
Kelelahan
berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energy.
c.
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan metabolisme (peningkatan
nafsu makan atau pemasukan dengan penurunan berat badan ).
d.
Ansietas
berhubungan dengan faktor fisiologis; status hipermetabolik.
e.
Kurang
pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan tidak mengenal sumber informasi.
C.
Intervensi
Keperawatan NANDA NIC NOC
NO
|
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
|
TUJUAN DAN
KRITERIA HASIL
|
INTERVENSI
|
1
|
Penurunan curah jantung
Definisi :
Ketidakadekuatan darah yang dipompa oleh jantung untuk memenuhi kebutuhan metabolik
tubuh.
Batasan Karakteristik :
·
Perubahan frekuensi/irama jantung
-Aritmia
-Brakikardi, takikardi
-Perubahan
EKG
-Palpitasi
· Perubahan preload
-Penurunan
tekanan vena central
-Penurunan
tekanan arteri paru
-Edema,
keletihan
-Distensi
vena jugular.
-Murmur
-Peningkatan
berat badan
·
Perubahan
Afterload
-Kulit lembab
-Penurunan nadi perifer
-Penurunan resistansi vascular paru
-Dispnea
-Oliguria
-Perubahan warna kulit
-Variasi pada pembacaaan TD.
·
Perubahan
Kontraktilitas
-Batuk.
-Penurunan
indeks jantung
-Penurunan
fraksi ejeksi
-Ortopnea
Dispnea
paroksismal nokturnal
-Penurunan
stroke volume index
-Bunyi S3,
bunyi S4
· Perilaku/emosi
-Ansietas,
gelisah
Faktor
yang berhubungan :
· Perubahan afterload
· Perubahan kontraktilitas
· Perubahan frekuensi jantung
· Perubahan preload
· Perubahan irama
· Perubahan volume sekuncup
|
NOC
v Cardiac
Pump Effectiveness
v Circulation
Status
v Vital Sign
Status
Kriteria
Hasil
v Tanda
vital dalam rentang normal
v Dapat
mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan
v Tidak ada
edema paru, perifer, dan tidak ada asites
v Tidak ada
penurunan kesadaran
|
NIC
Cardiac Care
§ Evaluasi
adanya nyeri dada
§ Catat
adanya disritmia jantung
§ Catat
adanya tanda dan gejala penurunan cardiac output
§ Monitor
status kardiovaskuler
§ Monitor
status pernafasan yang menandakan gagal jantung
§ Monitor
abdomen sebagai indikator penurunan perfusi
§ Monitor
adanya perubahan TD
§ Monitor
respon pasien terhadap efek pengobatan antiaritmia
§ Atur
periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan
§ Monitor
adanya dispnea, fatigue, takipnea dan ortopnue.
§ Anjurkan
untuk menurunkan stres.
Vital Sign
Monitoring
§ Monitor
TTV
§ Catatt
adanya fluktuasi TD
§ Monitor VS
saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
§ Auskultasi
TD pada kedua lengan dan bandingkan
§ Monitor
TTV setelah aktivitas
§ Monitor
kualitas dari nadi
§ Monitor
adanya pulsus paradoksus
§ Monito
jumlah dan irama jantung
§ Monitor
frekuensi dan irama pernapasan
§ Monitor
suara paru
§ Monitor
pola pernafasan abnormal
§ Monitor
suhu, warna, dan kelembanan kulit
§ Monitor
sianosis perifer
§ Identifikasi
penyebab dari perubahan vital sign
|
2
|
Keletihan
Definisi : rasa letih luar biasa dan
penurunan kapasitas kerja fisik dan jiwa pada tingkat yang biasanya secara
terus menerus
Batasan Karakteristik
·
Gangguan konsentrasi
·
Gangguan libido
·
Penurunan performa
·
Kurang minat terhadap sekitar
·
Mengantuk
·
Peningkatan keluhan fisik
·
Introspeksi
·
Kurang energi
·
Letargi
·
Lesu
·
Persepsi membutuhkan energi tambahan untuk
menyelesaikan tugas rutin
·
Mengatakan kurang energi yang luar biasa
·
Mengatakan kurang energi yang tidak kunjung reda
·
Mengatakan perasaan lelah
·
Merasa bersalah karena tidak dapat menjalankan
tanggung jawab
·
Mengatakan tidak mampu mempertahankan aktivitas
fisik pada tingkat yang biasanya
·
Mengatakan tidak mampu memperhatankan rutin itas
yang biasanya
·
Mengatakan tidak mampu memulihkan energi, setelah
tidur sekalipun
Faktor
yang berhubungan :
·
Psikologis
-Ansietas,
depresi
-Mengatakan
gaya hidup membosankan, stres.
·
Fisiologis
-Anemia,
status penyakit
-Peningkatan
kelemahan fisik
-Malnutrisi,
kondisi fisik buruk
-Kehamilan,
deprivasi tidur.
·
Lingkungan
-Kelembapan,
suhu, cahaya, kebisingan
·
Situasional
-Peristiwa
hidup negatif
-Pekerjaan
|
NOC
v Endurance
v Concentrasion
v Energy
conservation
v Nutritional
status :energy
Kriteria
Hasil :
v Memverbalisasikan
peningkatan energy dan merasa lebih baik
v Menjelaskan
penggunaan energy untuk mengatasi kelelahan
v Kecemasan
menurun
v Glukosa
darah adekuat
v Kualitas
hidup meningkat
v Istirahat
cukup
v Mempertahankan
kemampuan untuk berkonsentrasi
|
NIC
Energy management
§ Observasi
adanya pembaatsan klien dalam melakukan aktivitas
§ Dorong
anak untuk mengungkapkan perasaan terhadap keterbatasan
§ Kaji
adanya faktor yang menyebabkan kelelahan
§ Monitor
nutrisi dan sumber energy yang adekuat
§ Monitor
pasien akan adanya kelelahan fsisik dan emosi secara berlebihan
§ Monitor
respon kardiovaskuler terhadap aktivitas
§ Moniotr
pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
§ Dukung
pasien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan, berhubungan dengan
perubahan hidup yang disebabkan keletihan
§ Bantu
aktivitas sehari-hari sesuai kebutuhan
§ Tingkatkan
tirah baring dan pembatasan aktivitas
§ Konsultasi
dengan ahli gizi untuk meningkatkan asupan makanan yang berenergi tinggi
Bahavorior
Management
Activity
terapy
Energy
management
Nutrition management
|
3
|
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh
Definisi : asupan nutrisi tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan metabolik
Batasan karakteristik :
·
Kram abdomen
·
Nyeri abdomen
·
Menghindari makanan\
·
BB 20% / lebih dibawah BB ideal
·
Kerapuhan kapiler
·
Diare
·
Kehilangan rambut berlebihan
·
Kurang makanan
·
Bising usus hiperaktif
·
Kurang informasi
·
Kurang minat pada makanan
·
Penurunan BB dengan asupan makanan adekuat
·
Kesalahan konsepsi
·
Membran mukosa pucat
·
Ketidakmampuan memakan makanan
·
Tonus otot menurun
·
Mengeluh gangguan sensari rasa
·
Mengeluh asupan makanan kurang RDA
·
Cepat kenyang setelah makan
·
Sariawan ronnga mulut
·
Kelemahan otot pengunyah
·
Kelemahan otot untuk menelan
Faktor-faktor
yang berhubungan :
·
Faktor biologis
·
Faktor ekonomi
·
Ketidakmampuan untuk mengabsorpsi nutrien
·
Ketidakmampuan untuk mencerna makanan
·
Ketidakmampuan menelan makanan
·
Faktor psikologis
|
NOC
v Nutritional
status
v Nutritional
status : food and fluid intake
v Nutritional
status : nutrient intake
v Weight
control
Kriteria
Hasil :
v Adanya peningkatan berat badan sesuai denga
tujuan
v BB ideal
sesuai dengan TB
v Mampu
mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
v Tidak ada
tanda-tanda malnutrisi
v Menunjukkan
peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
v Tidak
terjadi penuranan BB yang berarti
|
NIC
Nutrition management
§ Kaji
adanya alergi makanan
§ Kolaborasi
dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
pasien
§ Anjurkan
pasien untuk meningkatkan intake Fe
§ Anjurkan
pasien untuk meningkatkan protein dan vit C
§ Berikan
substansi gula
§ Yakinkan
diet yang dimakan mengandun g tinggi serat untuk mencegah konstipasi
§ Berikan
makanan yang terpilih
§ Ajarkan
pasien bagaimana membuat catatat makanan harian
§ Monitor
jumlah nutrisi dan kandungan kalori
§ Berikan
informasi tentang kebutuhan nutrisi
§ Kaji kemampuan
pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition
Monitoring
§ BB pasien
dalam batas normal
§ Monitor
adanya penurunan BB
§ Monitor
tipe dan jumlah aktivitasyang biasa dilakukan
§ Monitor
interaksi anak atau ortu selama makan
§ Monitor
lingkungan selama makan
§ Jadwalkan
pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
§ Monitor
turgor kulit
§ Monitor
kulit kering dan perubahan pigmentasi
§ Monitor
kekeringan, rambut kusam, dan mudah
patah
§ Monitor
mual dan muntah
§ Monitor
kadar albumin, total protein, Hb
§ Monitor
pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
§ Monitor
kalori dan intake nutrisi
§ Catat
adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral
§ Catat jika
lidah berwarna magenta, scarlet.
|
BAB
IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penyebab
dari hipertiroidisme yaitu adanya Gangguan homeostatic yang disebabkan
oleh produksi TSH yang berlebihan atau adanya perubahan autonomic kelenjar
tiroid menjadi hiperfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. Ada
banyak gejala pada penderita penyakit ini yakni gemetar, palpitasi, gelisah, penurunan
berat badan yang drastic, nafsu makan meningkat, emosional, dsb.
B.
SARAN
Setelah
membaca makalah ini, penulis berharap agar kita senantiasa memiliki gaya hidup
yang sehat. Dan juga bagi perawat yang kelak bekerja di rumah sakit agar dapat
mengetahui seluk beluk dari penyakit hipertiroidisme yang pada akhirnya dapat
memberikan pelayanan yang terbaik apabila menemukan pasien yang menderita
penyakit ini pada khususnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Dwi Tri Martiana Rahayu, dkk. Hipertiroid. http://tiaraaskep.blogspot.com/2008/11/hipertiroid.html.
Diakses tanggal 21 Januari 2014.
Doenges, M.E dan Moorhouse, M.F. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, ed 3. Jakarta: EGC.
Greenspan, Francis S. dan Baxter, John D. 2000. Endokrinologi Dasar &
Hermawan, Andreas. Solusi Alami Hipertiroid Tanpa
Operasi. http://healindonesia.wordpress.com. Diakses
tanggal 7 April 2010.
Ismail. Askep Klien Hipertiroidisme.
Kumar, dkk. 2007. Buku Ajar Patologi, vol
2. Jakarta: EGC.