Nurse its my job
Rabu, 06 Mei 2015
Senin, 04 Mei 2015
ASKEP KANKER LAMBUNG
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar belakang
Di era serba cepat seperti saat ini tidak sulit bagi setiap orang
untuk memenuhi keinginannya dalam waktu yang relative singkat. Begitu
juga dalam hal memilih makanan, hampir sebagian masyarakat lebih memilih
mengkonsumsi makanan cepat saji yang mereka sendiri tidak tahu bahan
apa saja yang digunakan untuk mengolah makanan tersebut dibandingkan
mengolah bahan makanan sendiri dirumah. Dengan alasan lebih mudah dan
efisien. Namun dibalik rasa nikmat yang dirasakan, mereka tidak tahu
bahaya apa yang akan terjadi jika mereka mengkonsumsi makanan tersebut
dalam jangka panjang. Berbagai penyakit bisa saja mereka derita akibat
mengkonsumsi makanan cepat saji yang menjadi pilihan mereka. Salah satu
penyakit yang mungkin timbul akibat mengkonsumsi berbagai makanan cepat
saji dalam jangka panjang adalah kanker. Sebagian manusia terkadang
mengabaikan suatu gejala penyakit yang timbul dalam dirinya, sehingga
penyakit tersebut baru diketahui ketika telah mencapai stadium lanjut.
Salah satu contoh kanker akibat kebiasaan buruk ini adalah kanker
lambung dimana kanker lambung ini merupakan suatu bentuk neoplasma
maligna gastrointestinal.
- Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas timbul permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep dasar penyakit Ca Lambung?
2. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan untuk penyakit Ca lambung? C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar penyakit Ca lambung.
2. Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan untuk penyakit Ca lambung
BAB II
ISI
- Pengertian
Kanker lambung adalah suatu keganasan yang terjadi di lambung,
sebagian besar adalalah dari jenis adenokarsinoma. Jenis kanker lambung
lainnya adalah lelomiosarkoma ( kanker otot polos) dan limfoma. Kanker
lambung lebih sering terjadi pada usia lanjut. Kurang dari 25% kanker
tertentu terjadi pada orang di bawah usia 50 tahun ( Osteen,
2003). Kanker lambungpada pria merupakan keganasan terbanyak ketiga
setelah kanker paru dan kanker kolorektal, sedangkan pada wanita
merupakan peringkat keempat setelah kanker payudara, kanker serviks, dan
kenker kolorektal ( Christin, 1999).
Secara umum kanker lambung lebih sering terjadi pada laki-laki dengan
perbandingan 2:1 pada kanker kardia lambung, insidensi pada laki-laki
tujuh kali lebih banyak dari wanita. Kanker lambung lebih sering terjadi
pada usia 50-70 tahun sekitar 5% oasien kanker lambung berusia kurang
dari 30 tahun dan 1% kurang dari 30 tahun (Neugut, 1996).
- Prognosis dan Stadium
Prognosis kanker lambung disesuaikan dengan stadiumnya. Penilaian
untuk menentukan stadium kanker lambung dilakukan dengan menggunakan
sistem TNM yang telah disepakati (Hassan,2009). Tabel 6.2 menggambarkan
stadium patologis dari kanker lambung dengan menggunakan penilaian
sistem TNM.
Stadium kanker lambung dengan mengunakan sistem TNM.
Tumor Primer (T) | Kelenjar Getah Bening (KGB) Regional (N) | Metastasis Jauh (M) | |||
Tis | Carcinoma in situ tumor intraepitel | N0 | Kelenjar getah bening regional tidak terlibat. | M0 | Tidak ada metastasis jauh. |
T1 | Ekstensi tumor ke submukosa | N1 | Metastasis pada 1-6 nodus limfe regional. | M1 | Ada metastasis jauh. |
T2 | Ekstensi tumor ke propia muscular dan serosa. | N2 | Metastasis pada lobus 7-15 nodus limfe regional. | ||
T3 | Penetrasi ke serosa | N3 | Metastasis pada >15 nodus limfe regional. | ||
T4 | Invasi ke struktur sekitar. |
Pengelompokan stadium dan prediksi bertahan hidup
Stadium | TNM | Bertahan hidup setelah 5 tahun | ||
Stadium 1 | T1 | N0 | M0 | 85% |
Stadium II | T1 | N2 | M0 | 65% |
T2 | N1 | M0 | ||
T3 | N0 | M0 | ||
Stadium IIIa | T2 | N2 | M0 | 35% |
T3 | N1 | M0 | ||
T4 | N0 | M0 | ||
Stadium IIIb | T3 | N2 | M0 | 35% |
Stadium IV | T4 | N 1-3 | M0 | 5% |
Setiap T | N3 | M0 | ||
Setiap T | Setiap N | M1 |
- Etiologi dan Patogenesis
Penyebab pasti dari kanker lambung belum diketahui, tetapi ada
beberapa faktor predisposisi yang bisa meningkatkan perkembangan kanker
lambung, meliputi hal-hal sebagai berikut.
- Konsumsi makanan yang diasinkan, diasap, atau yang diawetkan. Beberapa studi menjelaskan intake diet dari makanan yang diasinkan menjadi faktor utama peningkatan kanker lambung. Kandungan garam yang masuk ke dalam lambung akn memperlambat pengosongan lambung sehingga memfasilitasi konversi golongan nitrat menjadi carcinogenic nitrosamines di dalam lambung. Gabungan kondisi terlambatnya pengosongan asam lambung dan peningkatan komposisi nitrosamines di dalam lambung memberikan konstribusi terbentuknya kanker lambung (Yarbro,2005)
- Infeksi H.pylori adalah bakteri penyebab lebih dari 90% ulkus doudenum dan 80% tukak lambung (Fuccio,2007). Bakteri ini menempel di permukaan dalam tukak lambung melalui interaksi antara membran bakteri lektin dan oligosakarida spesifik dari glikoprotein membran sel-sel epitel lambung (Fuccio, 2009). Mekanisme utama bakteri ini dalam menginisiasi pembentukan luka adalah melalui produksi racun VacA. Racun VacA bekerja dalam menghancurkan keutuhan sel-sel tepi lambung melalui berbagai cara; di antaranya melalui pengubahan fungsi endolisosom, peningkatan permeabilitas sel, pembentukan pori dalam membran plasma, atau apoptosis (pengaktifan bunuh diri sel). Pada beberapa individu, H. pyLori juga menginfeksi bagian badan lambug. Bila kondisi ini sering terjadi, maka akan menghasilkan peradangan yang lebih luas yang tidak hanya mempengaruhi ulkus di daerah badan lambung, tetapi juga meningkatkan risiko kanker lambung. Peradangan di lendir lambung juga merupakan faktor risiko tipe khusus tumor limfa (lymphatic neoplasm) di lambung, atau disebut dengan limfoma MALT (Mucosa Associated Lymphoid Tissue). Infeksi H. pylori berperan penting dalam menjaga kelangsungan tumor dengan menyebabkan dinding atrofi dan perubahan metaplastik pada dinding lambung (Santacroce,2008).
- Sosioekonomi.
Kondisi sosioekonomi yang rendah dilaporkan meningkatkan risiko
kanker lambung, namun tidak spesifik. Menurut hadil penelitian di
Amerika Serikat, kondisi sosioekonomi yang rendah dihubungkan dengan
faktor-faktor asupan diet, kondisi lingkungan miskin dengan sanitasi
buruk. Berbagai kondisi tersebut memfasilitasi transmisi infeksi H.
pylori yang menjadi predisposisi penting peningkatan terjadinya kanker
lambug (Yarbro, 2005).
- Menginsumsi rokok dan alkohol.
Pasien dengan konsumsi rokok lebih dari 30 batang sehari dan
dikimbinasi dengan konsumsi alkohol kronik akan meningkat risiko kanker
lambung (Gonzalez, 2003).
- NSAIDs.
Inflamasi polip lambung bisa terjadi pada pasien yang mengonsumsi
NSAIDs dalam jangka waktu yang lama dan hal ini ( polip lambung) dapat
menjadi prekursor kanker lambung. Kondisi polip lambung berulang akan
meningkatkan risiko kanker lambung
- Faktor genetik.
Sekitar 10% pasien yang mengalami kanker lambung memiliki hubunga
genetik. Walaupun masih belum sepenuhnya dipahami, tetepi adanya mutasi
dari gen E-cadherin terdeteksi pada 50% tipe kanker lambung. Adaya
riwayat keluarga amenia pernisosa dan polip adenomatus juga dihunbungkan
dengan kondisi genetik pada kanker lambung ( Bresciani, 2003).
- Anemia Pernisiosa.
Kondisi ini nerupakan penyakit kronis dengan kegagalan absorpsi
kobalamin ( vitamin B12), disebabkan oleh kurangnya faktor instrinsik
sekresi lambung. Kombinasi anemia pernisiosa dengan infeksi H.pylori
memberikan konstribusi penting terbentuknya tumorigenesis pada dinding
lambung (Santacroce, 2008).
- Patofisiologi
Sekitar 95% kanker lambung adalah jenis adenokarsinoma, dan 5%- nya
bisa berupa limfoma, leimiosarkoma, karsinoid, atau sarkoma. Menurut
Fuccio. 2009, adenokarsinoma lambung terdiri atas dua tipe, yaitu tipe
intestinal ( tipe struktur glandular) dan tipe difus ( tipe infiltratif
pada dinding lambung)
Dengan adanya kanker lambung, lesi tersebut akan menginvasi
muskulatis propia dan akan melakukan metastasis pada kelenjar getah
bening regiaonal. Lesi pada kanker lambung memberikan berbagai macam
keluhan yang timbul, gangguan dapat diradakan pada pasien biasanya jika
sudah pada fase orogesif, dimana berbagai kondisi akan muncul seperti
dispepsia, anoreksis, penurunnan BB , nyeri abdomen, konstipasi, anemia,
mual serta muntah. Kondisi ini akan memberikan berbagai masalah
keperawatan
- Klasifikasi Kanker Lambung
Early gastric cancer (tumor ganas lambung dini). Berdasarkan hasil pemeriksaan radiolog dapat dibagi atas:
- Tipe I (pritrured type)
Tumor ganas yang menginvasi hanya terbatas pada mukosa dan sub mukosa
yang berbentuk polipoid. Bentuknya ireguler permukaan tidak rata,
perdarahan dengan atau tanpa ulserasi.
- Tipe II (superficial type)
Dapat dibagi atas 3 sub tipe.
- Tipe II.a. (Elevated type)
Tampaknya sedikit elevasi mukosa lambung.Hampir seperti tipe I, terdapat sedikit elevasi dan lebih meluas dan melebar.
- Tipe II.b. (Flat type)
Tidak terlihat elevasi atau depresi pada mukosa dan hanya terlihat perubahan pada warna mukosa.
- Tipe II.c. (Depressed type)
Didapatkan permukaan yang iregular dan pinggir tidak rata (iregular) hiperemik / perdarahan.
- Tipe III. (Excavated type)
Menyerupai Bormann II (tumor ganas lanjut) dan sering disertai
kombinasi seperti tipe II c dan tipe III atau tipe III dan tipe II c,
dan tipe II a dan tipe II c.
Advanced gastric cancer (tumor ganas lanjut). Menurut klasifikasi Bormann dapat dibagi atas :
- Bormann I.
Bentuknya berupa polipoid karsinoma yang sering juga disebut sebagai fungating dan mukosa di sekitar tumor atropik dan iregular.
- Bormann II
Merupakan Non Infiltrating Carsinomatous Ulcer dengan tepi ulkus serta mukosa sekitarnya menonjol dan disertai nodular.Dasar ulkus terlihat nekrotik dengan warna kecoklatan, keabuan dan merah kehitaman.Mukosa sekitar ulkus tampak sangat hiperemik
- Bormann III.
Berupa infiltrating Carsinomatous type, tidak terlihat bats tegas pada dinding dan infiltrasi difus pada seluruh mukosa.
- Bormann IV
Berupa bentuk diffuse Infiltrating type, tidak terlihat batas tegas pada dinding dan infiltrasi difus pada seluruh mukosa.
- Manifestasi klinis Kanker Lambung
Gejala awal dari kanker lambung sering tidak pasti karena kebanyakan
tumor ini dikurvatura kecil, yang hanya sedikit menyebabkan ganguan
fungsi lambung.Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa gejala awal
seperti nyeri yang hilang dengan antasida dapat menyerupai gejala pada
pasien ulkus benigna.Gejala penyakit progresif dapat meliputi tidak
dapat makan, anoreksia, dyspepsia, penurunan BB, nyeri abdomen,
konstipasi, anemia dan mual serta muntah (Harnawati, 200, KMB).
Gejala klinis yang ditemui antara lain(Davey, 2005):
- Anemia, perdarahan samar saluran pencernaan dan mengakibakan defisiensi Fe mungkin merupakan keluhan utama karsinoma gaster yang paling umum.
- Penurunan berat badan, sering dijumpai dan menggambarkan penyakit metastasis lanjut.
- Muntah, merupakan indikasi akan terjadinya (impending) obstruksi aliran keluar lambung.
- Disfagia
- Nausea
- Kelemahan
- Hematemesis
- Regurgitasi
- Mudah kenyang
- Asites perut membesar
- Kram abdomen
- Darah yang nyata atau samar dalam tinja
- Pasien mengeluh rasa tidak enak pada perut terutama sehabis makan
- G. Gambaran Klinis Kanker Lambung
Gejalanya samar dan telah ada selama beberapa bulan.
Meliputi :
- Tidak dapat mencerna
- Ketidaknyamanan epigastrik
- Ras penuh setelah makan
- Nyeri punggung
- Muntah setelah makan
- Cepat kenyang
- Malaise
- Kehilangan nafsu makan
- Disfagia
- Hematemesis
- H. Pemeriksaan Diagnostik
Dengan bubur barium, akan terdapat gambaran yang khas pada sebagian
besar kasus, dimana akan terlihat tumor dengan permukaan yang erosive
dan kasar pada bagian lambung.
CT Scan. Pemeriksaan ini dilakukan sebagai evaluasi praoperatif dan
untuk melihat stadium dengan system TNM dan penyebaran ekstra lambung,
yang penting untuk penentuan intervensi bedah radikal dan pemberian
informasi prabedah pada pada pasien.
Endoskopi dan Biopsi
Pemeriksaan Endoskopi dan Biopsi sangat penting untuk mendiagnosa
karsinoma lambung terutama untuk membedakan antara karsinoma epidermal
dan karsinoma lambung.
Pemeriksaan sitologi
Pemeriksaan sitologi pada gaster dilakukan melalui sitologi brushing.
Pada keadaan normal, tampak kelompok sel-sel epitel superfisial yang
reguler memben tuk gambaran seperti honey comb. Sel-sel ini
mempunyai inti yang bulat dengan kromatin inti yang tersebar
merata(Lumongga, 2008).
Pada keadaan gastritis, sel tampak lebih kuboidal dengan sitoplasma yang sedikit dan inti sedikit membesar.Pada
karsinoma, sel-sel menjadi tersebar ataupun sedikit berkelompok yang
irreguler, inti sel membesarn hiperkromatin dan mempunyai anak inti yang
multipel atau pun giant nukleus (Lumongga, 2008).
Pemeriksaan sitologi brushing ini jika dilakukan dengan benar,
mempunyai nilai keakuratan sampai 85% tetapi bila pemeriksaan ini
dilanjutkan dengan biopsi lambung maka nilai keakuratannya dapat
mencapai 96% (Lumongga, 2008).
Pemeriksaan makroskopis
Secara makroskopis ukuran karsinoma dini pada lambung ini terbagi
atas dua golongan, yaitu tumor dengan ukuran < 5 mm, disebut
denganminute dan tumor dengan ukuran 6 – 10 mm disebut
dengan small(Lumongga, 2008).
Lokasi tumor pada karsinoma lambung ini adalah pylorus dan antrum
(50-60%), curvatura minor (40%), cardia (25%), curvatura mayor
(12%).Paling banyak terjadi karsinoma lambung pada daerah daerah
curvatura minor bagian antropyloric (Lumongga, 2008).
Pemeriksaan laboratorium (Hamsafir, 2010)
Anemia (30%) dan tes darah positif pada feses dapat ditemukan akibat perlukaan pada dinding lambung.LED
meningkat.Fractional test meal à ada aklorhidria pada 2/3 kasus kanker
lambung.Elektrolit darah dan tes fungsi hati à kemungkinan metastase ke
hati.
- Komplikasi Kanker Lambung
- Perforasi
Dapat terjadi perforasi akuta dan perforasi kronika
- Perforasi akut
AIRD 1935 menjumpai 35 penderita demean perforasi akut yang terbuka
dari karsinoma ventrikuli. Yang sering terjadi perfirasi yaitu: tipe
ulserasi dari kanker yang letaknya di kurvatura minor, diantrium dekat
pylorus. Biasanya mempunyai gejala-gejala yang mirip demean perforasi
dari ulkus peptikum. Perforasi ini sering dijumpai pada pria (Hadi,
2002).
- Perforasi kronika
Perforasi yang terjadi sering tertutup oleh jaringan didekatnya,
misalnya oleh omentum atau bersifat penetrasi.Biasanya lebih jarang
dijumpai jika dibandingkan dengan komplikasi dari ulkus
benigna.Penetrasi mungkin dijumpai antara lapisan omentun gastrohepatik
atau dilapisan bawah dari hati.Yang
sering terjadi yaitu perforasi dan tertutup oleh pancreas. Dengan
terjadinya penetrasi maka akan terbentuk suatu fistul, misalnya
gastrohepatik, gastroenterik dan gastrokolik fistula (Hadi, 2002).
- Hematemesis
Hematemesis yang masif dan melena terjadi ± 5 % dari karsinoma
ventrikuli yang gejala-gejalanya mirip seperti pada perdarahan massif
maka banyak darah yang hilang sehingga timbullah anemia hipokromik(Hadi,
2002).
- Obstruksi
Dapat terjadi pada bagian bawah lambung dekat daerah pilorus yang disertai keluhan muntah-muntah (Hadi, 2002).
- Adhesi
Jika tumor mengenai dinding lambung dapat terjadi perlengketan dan
infiltrasi dengan organ sekitarnya dan menimbulkan keluhan nyeri perut
(Hadi, 2002)
- Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis disesuaikan dengan penentuan stadium (staging)
dan pengelompokan stadium tumor. Intervensi yang lazim dilakukan adalah
tindakan endoskopi, kemoterapi, radioterapi, dan intervensi bedah.
Pada polip lambung jinak, diangkat dengan menggunakan endoskopi. Bila
karsinoma ditemukan di lambung, pembedahan biasanya dilakukan untuk
mencoba menyembuhkannya. Sebagian besar atau semua lambung di angkat
(gastrektomi) dan kelenjar getah bening di dekatnya juga ikut diangkat.
Bila karsinoma telah menyebar diluar lambung, tujuan pengobatan yang
dilakukan adalah untuk mengurangi gejala dan memperpanjang harapan hidup
pasien. Kemoterapi dan terapi penyinaran bisa meringankan gejala.
Didapatkan hasil kemoterapi dan terapi penyinaran pada limfoma lebih
baik pada karsinoma. Beberapa pasien dengan tingkat toleransi yang lebih
baik akan bertahan hidup lebih lama bahkan bisa sembuh total
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
- Pengkajian
Pengkajian akan didapatkan sesuai stadium kanker lambung. Keluhan
anoreksia terjadi pada hampir semua pasien yang mengalami kanker
lambung. Keluhan gastrilointestinal yang lazim biasanya adalah nyeri
epigastrium, berat badan menurun dengan cepat, melena,dan anemia; pada
kondisi ini biasanya sudah ada metastasis dalam kelenjar getah bening,
regional, paru, otak, tulang,dan ovarium.
Pada pengkajian riwayat penyakit, penting diketahui adanya penyakit
yang pernah diderita seperti ulkus peeptikum atau gastritis kronis yang
disebabkan oleh infeksi. H.pylori. pengkajian pengkajian perilaku/
kebiasaan yang mendukung peningkatan risiko penyakit ini, seperti
konsumsi alkohol dan tembakau kronis, konsumsi makanan yang diasinkan (
seperti daging bakar atau ikan asin). Perawat juga mengkaji terdapatnya
penurunan berat badan selama ada riwayat penyakit tersebut.
Pengkajian psikososial biasanya didapatkan adanya kecemasan berat
setelah pasen mendapat informasi mengenai kondisi kanker lambung.
Perawat juga mengkaji pengetahuan pasien tentang program pengobatan
kanker; meliputi radiasi, kemoterapi,dan pembedahan gastrektomi.
Pengkajian tersebut memberikan inofomasi untuk merencanakan tindakan
yang sesuai dengan kondisi pasien.
Walaupun pemeriksaan fisik tidak banyak membantu untuk menegakkan
diagnosis, tetapi pada pemeriksaan gastointestinal akan didapatka adanya
anoreksia, penurunan berat badan,pasien terlihat kurus.
Pengkajian diagnostik yang diperlukan untuk kanker lambung adalah
pemeriksaan radiografi, endoskopi biopsi, sitologi, dan laboratorium
klinik
- Diagnosa Keperawatan
- Aktual/ risiko ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan kemampuan batuk menurun, nyeri pasca bedah.
Aktual/risiko ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d. kemampuan batuk menuru, nyeri pasca bedah.
Tujuan : dalam waktu 2×24 jam pembedahan gastrektomi, kebersihan jalan napas pasien tetap optimal. Kriteria evaluasi : 1. Jalan napas bersih, tidak ada akumulasi darah pada jalan napas. 2. Suara napas normal, tidak ada bunyi napas tambahan seperti stridor. 3. Tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan. 4. RR dalam batas optimal 12-20 x/menit. |
|
Intervensi | Rasional |
Kaji dan monitor jalan napas. | Deteksi awal untuk interpretasi intervensi selanjutnya. Salah satu cara untuk mengetahui apakan pasien bernapas atau tidak adalah dengan menempatkan telapak tangan di atas hidung dan mulut pasien, untuk marasan hembusan napas. Gerak toraks dan diafragma tidak selalu menandakan pasien bernapas. |
Beri oksigen 3 liter/ menit. | Pemberian oksigen dilakukan pada fase awal pascabedah. Pemenuhan oksigen dapat membantu meningkatksn PaO2 di cairan otak, yang akan memengaruhi pengaturan pernapasa. |
Instruksikan pasien untuk napas dan melakukan batuk efektif. | Pada pasien pascabedah dengan tingkat toleransi yang
baik, pernapasan diafrgma dapat meningkatkan ekspansi paru. Berbagai
tindakan dilskuksn untuk memperbesar ekspansi dada dan pertukaran gas.
Sebagai contoh, minta pasien untuk menguap atau melakukan inspirasi maksimal. Batuk juga didorong untuk melonggarkan sumbatan mucus. Bantu pasien mengatasi ketakutannya bahwa ekskresi dari batuk dapat menyebabkan insisi bedah akan terbuka. |
Bersihkan secret pada jalan napas dan lakukan suctioning apabilan kemampuan mengevakuasi tidak efektif. | Kesulitan bernapas dapat terjadi akibat secret lender yang berlebihan. Mengganti posisi pasien dari satu sisi ke sisi lainnya memungkinkan cairan yang terkumpul untuk keluar adri sisi mulut. Jika gigi pasien menutup, mulut dapat dibuka hati-hati secara manual dengan spatel lidah yang di bungkus kassa. Mucus yang menyumbat atau trakea dihisap dengan ujung pengisap faringeal atau kateter nasal yang dimasukkan ke dalam nasofaring atau orofaring. |
Evaluasi dan monitor kebersihan intervensi pembersihan jalan napas. | Apabila tingkat toleransi pasien tidak optimal, lakukan kolaborasi dengan tim medic untuk segera dilakukan terapi endoskopi atau pemasangan tamponade balon. |
- Aktual/ risiko tinggi ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan tidak adekuat.
risiko tinggi ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d. intake makanan tidak adekuat
tujuan : setelah 3×24 jam pada pasien non bedah dan setelah 7×24 jam pascabedah asupan nutrisi dapat optimal dilakukan. Kriteria evaluasi : 1. Pasien dapat menunjukkan metode menelan makanan yang tepat. 2. Terjadi penurunan gejala refluks esophagus, meliputi odinofagia berkurang, RR dalam batas normal 12-20 x/menit. 3. Berat badan pada hari ketujuh pascabedah meningkat 0,5 kg. |
|
Intervensi | Rasional |
Intervensi non bedah :
1. Anjurkan pasien makan dengan perlahan dan mengunyah makanan dengan seksama. 2. Evaluasi adanya makanan dan kontraindikasi terhadap makanan. 3. Sajikan makanan dengan cara yang menarik. 4. Fasilitasi pasien memperoleh diet biasa yang disukai pasien ( sesuai indikasi). 5. Pantau intake atau output , anjurkan untuk timbang berat badan secara periodic ( sekali seminggu). 6. Lakukan dan anjurkan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan serta sebelum dan sesudah intervensi/ pemeriksaan peroral. |
1. Agar makanan dapat lewat dengan mudah ke lambung. 2. Beberapa pasien mungkin mengatasi alergi terhadap beberapa komponen makanan tertentu dann beberapa penyakit lain, seperti diabetes mellitus, hipertensi, Gout, dan lainnya memberikan manifestasi terhadap persiapan komposisi makanan yang akan diberikan. 3. Membantu merangsang nafsu makan. 4. Mempertimbangkan keinginan individu dapat memperbaiki asupan nutrisi. 5. Berguna mengatur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan. 6. Menurunkan rasa tidak enak karena adanya sisa makanan atau bau obat yang dapat merangsang pusat muntah. |
Intervensi pascabedah :
1. Kaji kondisi dan toleransi gastrointestinal pascagastrektomi. 2. Lakukan perawatan mulit. 3. Masukkan 10-20 ml cairan sodium klorida setiap sif melalui selang nasogastrik. 4. Berikan nurtisi cair melalui selang nasogastrik atau atas instruksi medis. 5. Kolaborasi dengan ahli gizi mengenai jenis nutrisi yang akan digunakan pasien. 6. Hindari makan 3 jam sebelum tidur. |
1. Parameter penting adalah dengan melakukan auskultasi bising
usus. Apabila didapatkan bising usus artinya fungsi gastrointestinal
sudah pulih setelah anestesi umum. 2. Intervensi ini untuk menurunkan risiko infeksi oral. 3. Pembersihan ini selain untuk enjaga kepatenan selang nasogastrik juga untuk meningkatkan penyembuhan pada area pascagastrektomi. 4. Pemberian nutrisi cair dilakukan untuk memenuhi asupan nutrisi melelui gastrointestinal. Pemberian nutrisi melalui nasogastrik harus dikolaborasikan dengan tim medis yang merawat pasien. 5. Ahli gizi harus terlibat dalam penentuan komposisi dan jenis makanan yang akan diberikan sesuai dengan kebutuhan individu. 6. Intervensi untuk mencegah terjadinya refluks. |
- Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa esophagus, respons pembedahan.
Nyeri b.d. iritasi mukosa lambung, respons pembedahan.
Tujuan : dalam waktu 7 x 24 jam pascabedah, nyeri berkurang atau teradaptasi. Kriteria evaluasi : 1. Secara subjektif mengatakan nyeri berkurang atau teradaptasi. 2. Skala nyeri 0-2 ( dari skala 0-4). 3. TTV dalam batas normal, wajah terlihat rileks. |
|
Intervensi | Rasional |
Jelaskan dan bantu pasien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan noninvasive. | Pendekatan dengan mengunakan relaksasi dan terapi nonfarmakologi telah menunjukkan keefektifan dalam mengurangi nyeri. |
Lakukan manajemen nyeri.
1. Kaji nyeri dengan pendekatan PQRST. 2. Istirahatkan pasien pada saat nyeri muncul. 3. Anjurkan teknik relaksasi napas dalam pada saat nyeri muncul. 4. Anjurkan teknik distraksi pada saat nyeri. 5. Rawat pasien diruang intensif. 6. Lakukan manajemen sentuhan. |
1. Pendekatan PQRST dapat secara komprehensif menggali kondisi
nyeri pasien. Apabila pasien mengalami skala nyeri 3 ( dari skala 0-4)
ini merupakan peringatan yang perlu di waspadai karena merupakan
manifestasi klinik dari komplikasi pascabedah esofagektomi. 2. Istirahat, secara fisiologis akan menurunkan kebutuhan oksigen yang diperlukan untuk kebutuhan metabolisme basal. 3. Meningkatkan asupan oksigen sehingga akan menurunkan nyeri sekunder dari iskemia intestinal. 4. Distraksi ( pengalihan perhatian) dapat menurunkan stimulasi internal. 5. Untuk mengontrol nyeri pasien harus dirawat di ruang intensif. Lingkungan tenang akan menurunkan stimulus nyeri eksternal. Pembatasan pengunjung membantu meningkatkan kondisi oksigen ruangan yang akan berkurang apabila banyak pengunjung yang berada di ruangan. Istirahat akan menurunkan kebutuhan oksigen jaringan perifer. 6. Manajemen sentuhan pada saat nyeri – berupa sentuhan dukungan psikologis –dapat membantu menurunkan nyeri. |
Tingkatkan pengetahuan pasien mengenai sebab-sebab nyeri dan mengembangkan berapa lama nyeri akan berlangsung | Pengetahuan akan membantu mengurangi nyeri dan dapat membantu mengembangkan kepatuhan pasien terhadap rencana terapi. |
Tindakan kolaborasi Analgetik intravena | Analgetik diberikan untuk membantu menghambat stimulus nyeri ke pusat persepsi nyeri di korteks serebri sehingga nyeri dapat berkurang. |
- Evaluasi
Kriteria evaluasi yang di harapkan pada pasien kanker lambung setelah mendapat intervensi keperawatan adalah sebagai berikut
- Terpenuhinya informasi mengenai pemeriksaan diagnostik, intervensi kemoterapi, radiasi, dan keadaan pembedahan.
- Tidak mengalami injuri dan komplikasi pascabedah.
- Pasien tidak mengalami penurunan berat badan.
- Terjadi penurunan respons nyeri.
- Tidak terjadi infeksi pascabedah.
- Kecemasan pasien berkurang.
BAB IV
PENUTUP
- Kesimpulan
Kanker lambung adalah suatu keganasan yang terjadi di lambung,
sebagian besar adalalah dari jenis adenokarsinoma. Jenis kanker lambung
lainnya adalah lelomiosarkoma ( kanker otot polos) dan limfoma. Kanker
lambung lebih sering terjadi pada usia lanjut. Kurang dari 25% kanker
tertentu terjadi pada orang di bawah usia 50 tahun ( Osteen, 2003).
Prognosis dan Stadium :
Prognosis kanker lambung disesuaikan dengan stadiumnya. Penilaian
untuk menentukan stadium kanker lambung dilakukan dengan menggunakan
sistem TNM yang telah disepakati (Hassan,2009).
Etiologi dan faktor resiko:
Konsumsi tinggi makanan yang di asinkan dan diasap atau makanan
terkontaminasi dengan aflatoksin telah dikaitkan dengan peningkatan
insiden kanker lambung. Factor resiko pekerjaan juga dikaitkan dengan
insiden yang lebih tinggi pada kanker lambung. Pekerja pada tambang batu
bara, pabrik, perkebunan, pemprosesan karet, kayu, dan asbes semua
telah menunjukkan insiden lebih tinngi dari normal.
- Saran
Makalah yang telah disusun ini jauh dari kata sempurna. Maka dari itu
diharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca demi
sempurnanya makalah ini. Terima kasih.
Minggu, 03 Mei 2015
Sabtu, 02 Mei 2015
ILMU GIZI (GIZI PADA REMAJA)
BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Remaja adalah individu baik pria atau wanita yang berada pada masa/usia antara anak-anak dan dewasa. Remaja adalah kelompok orang yang berusia 10-19 tahun.
Masa remaja merupakan p eriode dari pertumbuhan dan proses kematangan manusia, pada masa ini terjadi perubahan yang sangat unik dan berkelanjutan. Perubahan fisik karena
pertumbuhan yang terjadi akan mempengaruhi status kesehatan dan gizinya.
Ketidakseimbangan antara asupan kebutuhan atau kecukupan akan menimbulkan masalah
gizi, baik itu berupa masalah gizi lebih maupun gizi kurang.
Status gizi dapat ditentukan melalui pemeriksaan laboratorium maupun secara antropometri. Kekurangan kadar hemoglobin atau anemi ditentukan dengan pemeriksaan darah. Antropometri merupakan cara penentuan status gizi yang paling mudah dan murah. Indeks Massa Tubuh (IMT) direkomendasikan sebagai indikator yang baik untuk menentukan status gizi remaja.
Masalah gizi pada remaja akan berdampak negatif pada tingkat kesehatan masyarakat, misalnya penurunan konsentrasi belajar, risiko melahirkan bayi dengan BBLR, penurunan kesegaran jasmani. Banyak penelitian telah menunjukkan kelompok remaja mengalami banyak masalah gizi. Masalah gizi tersebut antara lain Anemi dan IMT kurang dari batas normal atau kurus. Prevalensi anemi berkisar antara 40%, sedangkan prevalensi remaja dengan IMT kurus berkisar antara 30%. Banyak faktor yang menyebabkan masalah ini. Dengan mengetahui faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi masalah gizi tersebut membantu upaya penanggulangannya dan lebih terpengaruh dan terfokus.
Masalah gizi pada remaja akan berdampak negatif pada tingkat kesehatan masyarakat, misalnya penurunan konsentrasi belajar, risiko melahirkan bayi dengan BBLR, penurunan kesegaran jasmani. Banyak penelitian telah menunjukkan kelompok remaja mengalami banyak masalah gizi. Masalah gizi tersebut antara lain Anemi dan IMT kurang dari batas normal atau kurus. Prevalensi anemi berkisar antara 40%, sedangkan prevalensi remaja dengan IMT kurus berkisar antara 30%. Banyak faktor yang menyebabkan masalah ini. Dengan mengetahui faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi masalah gizi tersebut membantu upaya penanggulangannya dan lebih terpengaruh dan terfokus.
I.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Remaja?
2. Bagaimana karakteristik makan pada remaja?
3. Alasan apa saja yang mendasari remaja?
4. Bagaimana karakteristik makan pada remaja?
5. Faktor apa saja yang memicu timbulnya masalah gizi pada remaja?
6. Bagaimana cara mengatasi supaya masalah gizi pada remaja tidak terjadi ?
1.3 Manfaat Penulisan Makalah
a. Bagi Penulis
Membantu penulis mengetahui dan memahami secara mendalam tentang kebutuhan gizi remaja.
Membantu penulis mengetahui dan memahami secara mendalam tentang kebutuhan gizi remaja.
b. Bagi Remaja
Membantu remaja untuk mengetahui betapa pentingnya pemenuhan gizi dalam kehidupannyasehari-hari.
Membantu remaja untuk mengetahui betapa pentingnya pemenuhan gizi dalam kehidupannyasehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Remaja adalah individu baik pria atau wanita yang berada pada masa/usia antara anak-anak dan dewasa. Remaja adalah kelompok orang yang berusia 10-19 tahun. Perubahan fisik karena pertumbuhan yang terjadi pada masa remaja akan di pengaruhi status kesehatan dan gizi remaja tersebut. Salah satu area penting dalam kesehatan remaja adalah kesehatan reproduksi remaja. Kesehatan reproduksi remaja (adolescent reproductive health) adalah upaya kesehatan reproduksi yang dibutuhkan oleh remaja. Salah satu unsur yang berperan dalam mewujudkan kesehatan reproduksi remaja adalah status gizi. Asupan zat-zat gizi seimbang dan sesuai dengan kebutuhan remaja akan membantu remaja mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Ketidakseimbangan antara asupan kebutuhan atau kecukupan akan menimbulkan masalah gizi baik itu berupa masalah gizi lebih maupun gizi kurang.
B. Karakteristik Perilaku Makan Remaja
Berikut ini karakteristik perilaku makan yang dimiliki remaja
1.
Kebiasaan tidak makan pagi dan malas minum air putih
2. Gadis remaja sering terjebak dengan pola makan tak sehat, menginginkan penurunan berat badan secara drastic, bahkan sampai gangguan pola makan. Hal ini dikarenakan remaja memiliki body image (citra diri) yang mengacu pada idola mereka yang biasanya adalah para artis, pragawati, selebriti yang cenderung memiliki tubuh kurus, tinggi dan semampai
3. Kebiasaan “ngemil” yang rendah gizi (kurang kalori, protein, vitamin dan mineral) seperti makanan ringan, kerupuk, dan chips
4. Kebiasaan makan makanan siap saji (fast food) yang komposisi gizinya tidak seimbang yaitu terlalu tinggi kandungan energinya, seperti pasta, fried chiken, dan biasaya juga disertai mengkonsumsi minuman bersoda yang berlebihan.
C. Kebutuhan Zat Gizi untuk Remaja
Beberapa alasan yang mendasari masa remaja membutuhkan banyak zat gizi adalah :
1.
Secara fisik terjadi pertumbuhan yang sangat cepat
2.
Mulai berfungsi dan berkembangnya organ-organ reproduksi
3.
Remaja umumnya melakukan aktivitas fisik lebih tinggi di banding usia lainnya
Penentuan kebutuhan gizi remaja secara umum didasarkan pada angka kecukupan gizi yang
dianjurkan diindonesia. Yaitu sebagai berikut :
·
Energy
·
Protein
·
Lemak
·
Vitamin
·
Mineral
·
Kalsium
·
Besi (Fe)
·
Seng (Zn)
D.
Kebutuhan Energi
Energi sangat dibutuhkan oleh remaja untuk mendukung aktifitas sehari-
hari serta dibutuhkan untuk proses matabolisme tubuh.
1.
Cara pertama : Menggunakan tabel Angka Kecukupan Gizi (AKG)
Indonesia sudah memiliki table AKG yang terdiri atas kecukupan beberapa zat gizi bagi orang Indonesia mulai umur bayi sampai lansia.
Berdasarkan table AKG, remaja memiliki kebutuhan energy sebesar :
– Umur 10-12 tahun : 2050 kkal
– Umur 13-15 tahun : 2400 kkal
– Umur 16-18 tahun : 2600 kkal
2.
Cara kedua : Menggunakan rumus berdasarkan berat badan
Salah satu cara untuk menghitung kecukupan energy remaja ialah dengan menggunakan rumus
berikut :
Remaja putri
– Umur 10-12 tahun : 50-60 kkal/kg berat badan/hari
– Umur 13-18 tahun : 40-50 kkal/kg berat badan/hari
Remaja putra
– Umur 10-12 tahun : 55-60 kkal/kg berat badan/hari
– Umur 13-18 tahun : 45-55 kkal/kg berat badan/hari
E.
Kebutuhan protein
Protein tidak hanya digunakan untuk proses pertumbuhan pada remaja, akan tetapi juga sebagai cadangan energy jika asupan energy terbatas atau kurang.
Kecukupan protein pada remaja bisa diketahui dengan dua cara yaitu sebagai berikut :
·
Cara pertama : Menggunakan tabel Angka Kecukupan Gizi (AKG)
Umur 10-11 tahun : 50 gr
Umur 13-15 tahun : 60 gr
Umur 16-18 tahun : 65 gr
·
Cara kedua : Menggunakan pedoman berikut
Umur 10-12 tahun : 40 gr/hari (putra) | 50 gr/hari (putri)
Umur 13-15 tahun : 60 gr/hari (putra) | 57 gr/hari (putri)
Umur 16-18 tahun : 65 gr/hari (putra) | 50 gr/hari (putri)
F.
Kebutuhan Lemak dan Karbohidrat
Kebutuhan lemak bagi remaja sebesar 25-30% dari kebutuhan kalori, sedangkan untuk karbohidrat sekitar 55-70% dari kebututhan kalori. Misalnya seorang remaja putri berusia 12 tahun. Jika ia memiliki kebutuhan energy sebesar 2050 kkal, dan anda mmeilih kebutuhan lemak sebesar 30% dan karbohidrat sebesar
55%.
Maka kebutuhan lemak dan karbohidrat sebagai berikut :
– Kebutuhan lemak : (0.30 x 2050 kkal)/9 = 68.3 gr
– Kebutuhan karbohidrat : (0.55 x 2050 kkal)/4 = 281.9 gr
G.
Kebutuhan Vitamin dan Mineral
Remaja membutuhkan vitamin dan mineral dalam jumlah yang cukup karena sangat berhubungan dengan proses pertumbuhan remaja serta kondisi pubertas yang dialami saat ini.
Pola Makan Remaja :
- Pengalaman baru, kegembiraan di sekolah, rasa takut terlambat sekolah. Mengakibatkan anak sering menyimpang dari kebiasaan makannya.
- Anak lebih aktif memilih makanan yang disukainya.
- Anak yang memiliki aktifitas tinggi di luar rumah cenderung melupakan waktu makan
- Masa remaja merupakan masa adoloseence growth spurt
Permasalahan Gizi pada Remaja :
·
Kebiasaan makan yang buruk
·
Pemahaman gizi yang salah
·
Kesukaan berlebihan terhadap makanan tertentu
·
Promosi yang berlebihan di media massa tentang produk makanan
·
Maraknya produk makanan impor
Beberapa masalah yang berkaitan dengan gizi yang ditemukan pada remaja antara lain adala
Indeks Massa Tubuh (IMT) kurang dari batas normal atau sebaliknya, memiliki IMT yang berlebih (obesitas), dan anemia serta yang berhubungan dengan gangguan perilaku berupa anoreksia nervosa dan bulminia.
Masalah gizi pada remaja :
1.Obesitas
Walaupun kebutuhan energi dan zat-zat gizi lebih besar pada remaja daripada dewasa, tetapi ada sebagian remaja yang makannya terlalu banyak melebihi kebutuhannya sehingga menjadi gemuk. Aktif berolah raga dan melakukan pengaturan makan adalah cara untuk menurunkan berat badan. Diet tinggi serat sangat sesuai untuk para remaja yang sedang melakukan penurunan berat badan. Pada umumnya makanan yang serat tinggi mengandung sedikit energi, dengan demikian dapat membantu menurunkan berat badan, disamping itu serat dapat menimbulkan rasa kenyang sehingga dapat menghindari ngemil makanan/kue-kue.
2. Kurang Energi Kronis
Pada remaja badan kurus atau disebut Kurang Energi Kronis tidak selalu berupa akibat terlalu banyak olah raga atau aktivitas fisik. Pada umumnya adalah karena makan terlalu sedikit. Remaja perempuan yang menurunkan berat badan secara drastis erat hubungannya dengan faktor emosional seperti takut gemuk seperti ibunya atau dipandang lawan jenis kurang seksi.
Pada remaja badan kurus atau disebut Kurang Energi Kronis tidak selalu berupa akibat terlalu banyak olah raga atau aktivitas fisik. Pada umumnya adalah karena makan terlalu sedikit. Remaja perempuan yang menurunkan berat badan secara drastis erat hubungannya dengan faktor emosional seperti takut gemuk seperti ibunya atau dipandang lawan jenis kurang seksi.
3.Anemia
Anemia karena kurang zat besi adalah masalah yang paling umum dijumpai terutama pada perempuan. Zat besi diperlukan untuk membentuk sel-sel darah merah, dikonversi menjadi hemoglobin, beredar ke seluruh jaringan tubuh, berfungsi sebagai pembawa oksigen.
Remaja perempuan membutuhkan lebih banyak zat besi daripada laki-laki. Agar zat besi yang diabsorbsi lebih banyak tersedia oleh tubuh, maka diperlukan bahan makanan yang berkualitas tinggi. Seperti pada daging, hati, ikan, ayam, selain itu bahan maknan yang tinggi vitamin C membantu penyerapan zat besi.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan manfaat dan tujuan yang dibahas dalam beberapa bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa pemenuhan kebutuhan gizi pada remaja sangat bermanfaat bagi peningkatan otak ( intelegensi ), bagi tumbuh kembangnya dan juga sangat menunjang dalam aktivitasnya sehari-hari. Karena dengan pemenuhan kebutuhan gizi pada remaja diharapkan nantinya kebutuhan dan kesehatan pada remaja bisa meningkat.
B. SARAN
1) Remaja sebaiknya tetap sadar akan kebutuhan gizi walupun mempunyai aktivitas yang padat.
2) Sadar bahwa kesehatan itu mahal harganya, lebih baik menjegah daripada mengatasi.
3) Dengan pemenuhan kebutuhan gizi pada remaja diharapkan semakin banyak prestasi yang dihasilkan di Negara ini. Karena dengan remaja yang terpenuhi zat gizinya semakin aktif dan konsentrasi dia dalam belajar dan berkreasi.
2) Sadar bahwa kesehatan itu mahal harganya, lebih baik menjegah daripada mengatasi.
3) Dengan pemenuhan kebutuhan gizi pada remaja diharapkan semakin banyak prestasi yang dihasilkan di Negara ini. Karena dengan remaja yang terpenuhi zat gizinya semakin aktif dan konsentrasi dia dalam belajar dan berkreasi.
Rabu, 29 April 2015
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH ( HIPERTIROIDISME)
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Hipertiroid
di Indonesia masih banyak dijumpai, karena hipertiroid dapat disebabkan
beberapa penyebab antara lain : penyakit Graves (75%) Hipertiroid dapat terjadi
di daerah endemik maupun cukup yodium, sehingga masyarakat yang mengalami
hipertiroid ini memerlukan perawatan dan pengobatan yang baik. Hipertiroid
lebih banyak pada wanita dibandingkan pria dengan rasio 1:5, dan banyak terjadi
di usia pertengahan. Beberapa
kepustakaan luar negeri menyebutkan insidensinya masa anak diperkirakan
1/100.000 anak per tahun. Mulai 0,1/100.000 anak per tahun untuk anak usia 0-4
tahun meningkat sampai dengan 3/100.000 anak per tahun pada usia remaja .
Hipertiroid menyebabkan kelainan pada banyak organ salah satunya pada sistem
kardiovaskular. Beberapa studi dan penelitian mengemukakan bahwa terjadi atrial
fibrilasi 33 dari 47% pasien dengan umur lebih dari 60 tahun. Serta kurang dari
1% kasus serangan baru atrial fibrilasi disebabkan hipertiroid. Dan penelitian
yang dilakukan oleh Nakazawa melaporkan 11.345 pasien dengan hipertiroid 288
kasus disertai atrial fibrilasi, 6 kasus mengalami emboli sistemik, diantaranya mengalami gagal jantung,
diantaranya berusia > 50 tahun.
Kelainan tiroid merupakan kelainan
endokrin tersering kedua yang ditemukan selama kehamilan. Berbagai perubahan
hormonal dan metabolik terjadi selama kehamilan, menyebabkan
perubahan kompleks pada fungsi tiroid maternal. Hipertiroid adalah kelainan
yang terjadi ketika kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid yang berlebihan
dari kebutuhan tubuh
B. RUMUSAN MASALAH
1.
Apa definisi hipertiroid?
2.
Apa saja penyebab hipertiroid?
3.
Apa manifestasi klinis hipertiroid?
4.
Bagaimana anatomi fisiologi dari hipertiroid?
5.
Bagaimana klasifikasi hipertiroid?
6.
Bagaiamana patofisiologi hipertiroid?
7.
Bagaiamana WOC hipertiroid?
8.
Bagaiamana cara penatalaksanaan hiprtiroid?
9.
Bagaiaman asuhan keperawatan hipertiroid?
C. TUJUAN MAKALAH
1.
Untuk mengetahui definisi hipertiroid
2.
Untuk mengetahui etiologi hipertiroid
3.
Untuk mengetahui manifestasi klinis
4.
Untuk anatomi fisiologi hipertiroid
5.
Untuk mengetahui klasifikasi hipertiroid
6.
Untuk mengetahui patofisiologi hipertiroid
7.
Untuk mengetahui woc hipertiroid
8.
Untuk mengetahui penatalaksanaan hipertiroid
9.
Untuk mengetahui askep hipertiroid
BAB II
TINJAUAN
TEORITIS
A. DEFENISI
Hipertiroidisme (Tiroktosikosis) merupakan suatu keadaan di mana didapatkan
kelebihan hormon tiroid karena ini berhubungan dengan suatu kompleks fisiologis
dan biokimiawi yang ditemukan bila suatu jaringan memberikan hormon tiroid
berlebihan.
Hipertiroidisme adalah kadar hormon tiroid yang bersirkulasi berlebihan.
Gangguan ini dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid hipofisis, atau
hipotalamus. (Elizabeth J.Corwin:296)
Hipertiroidisme dapat didefinisikan sebagai respon jaringan-jaringan
terhadap pengaruh metabolik terhadap hormon tiroid yang berlebihan (Price &
Wilson:337)
Hipertiroid adalah suatu ketidakseimbangan metabolik
yang merupakan akibat dari produksi hormon tiroid yang berlebihan. (Dongoes E,
Marilynn , 2000 hal 708)
Hipertiroid atau Hipertiroidisme adalah suatu keadaan
atau gambaran klinis akibat produksi hormon tiroid yang berlebihan oleh
kelenjar tiroid yang terlalu aktif. Karena tiroid memproduksi hormon tiroksin
dari lodium, maka lodium radiaktif dalam dosis kecil dapat digunakan untuk
mengobatinya (mengurangi intensitas fungsinya).
B. ETIOLOGI
1. Beberapa penyakit yang menyebabkan
Hipertiroid yaitu :
a.
Penyakit
Graves
Penyakit ini
disebabkan oleh kelenjar tiroid yang oberaktif dan merupakan penyebab
hipertiroid yang paling sering dijumpai. Penyakit ini biasanya turunan. Wanita
5 kali lebih sering daripada pria. Di duga penyebabnya adalah penyakit
autonoium, dimana antibodi yang ditemukan dalam peredaran darah yaitu tyroid
stimulating.
Immunogirobulin (TSI antibodies), Thyroid peroksidase antibodies (TPO) dan
TSH receptor antibodies (TRAB). Pencetus kelainan ini adalah stres, merokok,
radiasi, kelainan mata dan kulit, penglihatan kabur, sensitif terhadap sinar,
terasa seperti ada pasir di mata, mata dapat menonjol keluar hingga double vision.Penyakit mata ini sering berjalan sendiri dan tidak tergantung pada tinggi
rendahnya hormon teorid. Gangguan kulit menyebabkan kulit jadi merah,
kehilangan rasa sakit, serta berkeringat banyak.
b.
Toxic Nodular Goiter
Benjolan leher akibat pembesaran tiroid yang berbentuk biji padat, bisa
satu atau banyak. Kata toxic berarti hipertiroid, sedangkan nodule atau biji
itu tidak terkontrol oleh TSH sehingga memproduksi hormon tiroid yang
berlebihan.
c.
Minum obat Hormon Tiroid berlebihan
Keadaan demikian tidak jarang
terjadi, karena periksa laboratorium dan kontrol ke dokter yang tidak teratur.
Sehingga pasien terus minum obat tiroid, ada pula orang yang minum hormon
tiroid dengan tujuan menurunkan badan hingga timbul efek samping.
d. Produksi TSH yang Abnormal
Produksi TSH
kelenjar hipofisis dapat memproduksi TSH berlebihan, sehingga merangsang tiroid
mengeluarkan T3 dan T4 yang banyak.
e.
Tiroiditis (Radang kelenjar Tiroid)
Tiroiditis sering terjadi pada ibu setelah melahirkan, disebut tiroiditis
pasca persalinan, dimana pada fase awal timbul keluhan hipertiorid, 2-3 bulan
kemudian keluar gejala hpotiroid.
f.
Konsumsi Yoidum Berlebihan
Bila
konsumsi berlebihan bisa menimbulkan hipertiroid, kelainan ini biasanya timbul
apabila sebelumnya si pasien memang sudah ada kelainan kelenjar tiroid.
2.
Penyebab Utama
·
Penyakit Grave
·
Toxic multinodular goitre
·
’’Solitary toxic adenoma’’
3.
Penyebab Lain
·
Tiroiditis
·
Penyakit troboblastis
·
Ambilan hormone tiroid secara berlebihan
·
Pemakaian yodium yang berlebihan
·
Kanker pituitari
·
Obat-obatan seperti Amiodarone
C. MANIFESTASI KLINIS
a.
Peningkatan frekuensi denyut jantung
b. Peningkatan
tonus otot, tremor, iritabilitas, peningkatan kepekaan terhadap Katekolamin
c. Peningkatan
laju metabolisme basal, peningkatan pembentukan panas, intoleran terhadap
panas, keringat berlebihan
d. Penurunan
berat, peningkatan rasa lapar (nafsu makan baik)
e. Peningkatan
frekuensi buang air besar
f. Gondok
(biasanya), yaitu peningkatan ukuran kelenjar tiroid
g. Gangguan
reproduksi
h. Tidak tahan
panas
i.
Cepat letih
j.
Tanda bruit
k. Haid sedikit
dan tidak tetap
l.
Pembesaran kelenjar tiroid
m. Mata melotot
(exoptalmus)
D.
ANATOMI
FISIOLOGI
a.
Anatomi
Kelenjar tiroid merupakan kelenjar
berwarna merah kecoklatan dan sangat vascular. Terletak di anterior cartilago thyroidea di bawah
laring setinggi vertebra cervicalis 5 sampai vertebra thorakalis 1. Kelenjar
ini terselubungi lapisan pretracheal dari fascia cervicalis dan terdiri atas 2
lobus, lobus dextra dan sinistra, yang dihubungkan oleh isthmus. Beratnya kira2
25 gr tetapi bervariasi pada tiap individu. Kelenjar tiroid sedikit lebih berat
pada wanita terutama saat menstruasi dan hamil. Lobus kelenjar tiroid seperti
kerucut. Ujung apikalnya menyimpang ke lateral ke
garis oblique pada lamina cartilago thyroidea dan basisnya setinggi cartilago
trachea 4-5. Setiap lobus berukutan 5x3x2 cm. Isthmus menghubungkan bagian
bawah kedua lobus, walaupun terkadang pada beberapa orang tidak ada. Panjang
dan lebarnya kira2 1,25 cm dan biasanya anterior dari cartilgo trachea walaupun
terkadang lebih tinggi atau rendah karena kedudukan dan ukurannya berubah.
Kelenjar ini tersusun dari bentukan
bentukan bulat dengan ukuran yang bervariasi yang disebut thyroid follicle. Setiap
thyroid follicle terdiri dari sel-sel selapis kubis pada tepinya yang
disebut SEL FOLIKEL dan mengelilingi koloid di dalamnya.
Folikel ini dikelilingi jaringan ikat tipis yang kaya dengan pembuluh darah.
Sel folikel yang mengelilingi thyroid folikel ini dapat berubah sesuai dengan
aktivitas kelenjar thyroid tersebut. Ada kelenjar thyroid yang
hipoaktif, sel foikel menjadi kubis rendah, bahkan dapat menjadi pipih. Tetapi
bila aktivitas kelenjar ini tinggi, sel folikel dapat berubah menjadi
silindris, dengan warna koloid yang dapat berbeda pada setiap thyroid folikel
dan sering kali terdapat Vacuola Resorbsi pada koloid tersebut.
b. Fisiologi
Hormon tiroid dihasilkan oleh kelenjar tiroid.
Kelenjar tiroid memiliki dua buah lobus, dihubungkan oleh isthmus, terletak di kartilago
krokoidea di leher pada cincin trakea ke dua dan tiga. Kelenjar tiroid
berfungsi untuk pertumbuhan dan mempercepat metabolisme. Kelenjar tiroid
menghasilkan dua hormon yang penting yaitu tiroksin (T4) dan triiodotironin
(T3). Karakteristik triioditironin adalah berjumlah lebih sedikit dalam serum
karena reseptornya lebih sedikit dalam protein pengikat plasma di serum tetapi
ia lebih kuat karena memiliki banyak resptor pada jaringan. Tiroksin memiliki
banyak reseptor pada protein pengikat plasma di serum yang mengakibatkan
banyaknya jumlah hormon ini di serum, tetapi ia kurang kuat berikatan pada
jaringan karena jumlah reseptornya sedikit.
Proses pembentukan hormon tiroid adalah:
1. Proses
penjeratan ion iodida dengan mekanisme pompa iodida. Pompa ini dapat memekatkan
iodida kira-kira 30 kali konsentrasinya di dalam darah;
2. Proses
pembentukan tiroglobulin. Tiroglobulin adalah glikoprotein besar yang nantinya
akan mensekresi hormon tiroid;
3. Proses
pengoksidasian ion iodida menjadi iodium. Proses ini dibantu oleh enzim
peroksidase dan hidrogen peroksidase.
4. Proses
iodinasi asam amino tirosin. Pada proses ini iodium (I) akan menggantikan
hidrogen (H) pada cincin benzena tirosin. Hal ini dapat terjadi karena afinitas
iodium terhadap oksigen (O) pada cincin benzena lebih besar daripada hidrogen.
Proses ini dibantu oleh enzim iodinase agar lebih cepat.
5. Proses
organifikasi tiroid. Pada proses ini tirosin yang sudah teriodinasi (jika
teriodinasi oleh satu unsur I dinamakan monoiodotirosin dan jika dua unsur I
menjadi diiodotirosin)
6. Proses
coupling (penggandengan tirosin yang sudah teriodinasi). Jika monoiodotirosin
bergabung dengan diiodotirosin maka akan menjadi triiodotironin. Jika dua
diiodotirosin bergabung akan menjadi tetraiodotironin atau yang lebih sering
disebut tiroksin. Hormon tiroid tidak larut dalam air jadi untuk diedarkan
dalam darah harus dibungkus oleh senyawa lain, dalam hal ini tiroglobulin.
Tiroglobulin ini juga sering disebut protein pengikat plasma. Ikatan protein
pengikat plasma dengan hormon tiroid terutama tiroksin sangat kuat jadi
tiroksin lama keluar dari protein ini. Sedangkan triiodotironin lebih mudah
dilepas karena ikatannya lebih lemah.
E. KLASIFIKASI
Hipertiroidisme (Tiroktosikosis) di bagi dalam 2 kategori:
1.
Kelainan yang berhubungan dengan Hipertiroidisme
2.
Kelainan yang tidak berhubungan dengan Hipertiroidisme
Klasifikasi lain :
1. Goiter
Toksik Difusa (Graves’ Disease)
Kondisi yang disebabkan, oleh adanya
gangguan pada sistem kekebalan tubuh dimana zat antibodi menyerang kelenjar
tiroid, sehingga menstimulasi kelenjar tiroid untuk memproduksi hormon tiroid
terus menerus.
Graves’ disease lebih banyak ditemukan pada
wanita daripada pria, gejalanya dapat timbul pada berbagai usia, terutama pada
usia 20 – 40 tahun. Faktor keturunan juga dapat mempengaruhi terjadinya
gangguan pada sistem kekebalan tubuh, yaitu dimana zat antibodi menyerang sel
dalam tubuh itu sendiri.
2. Nodular
Thyroid Disease
Pada kondisi ini biasanya ditandai
dengan kelenjar tiroid membesar dan tidak disertai dengan rasa nyeri.
Penyebabnya pasti belum diketahui. Tetapi umumnya timbul seiring dengan
bertambahnya usia.
3. Subacute Thyroiditis
Ditandai dengan rasa nyeri,
pembesaran kelenjar tiroid dan inflamasi, dan mengakibatkan produksi hormon
tiroid dalam jumlah besar ke dalam darah. Umumnya gejala
menghilang setelah beberapa bulan, tetapi bisa timbul lagi pada beberapa
orang.
4. Postpartum Thyroiditis
Timbul pada 5 – 10% wanita pada 3 –
6 bulan pertama setelah melahirkan dan terjadi selama 1 -2 bulan. Umumnya kelenjar
akan kembali normal secara perlahan-lahan
F. PATOFISIOLOGI
Penyebab hipertiroidisme biasanya
adalah penyakit graves, goiter toksika. Pada kebanyakan penderita
hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga kali dari ukuran
normalnya, disertai dengan banyak hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel
folikel ke dalam folikel, sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat beberapa
kali dibandingkan dengan pembesaran kelenjar. Juga, setiap sel meningkatkan
kecepatan sekresinya beberapa kali lipat dengan kecepatan 5-15 kali lebih besar
daripada normal.
Pada hipertiroidisme, kosentrasi TSH
plasma menurun, karena ada sesuatu yang “menyerupai” TSH, Biasanya bahan –
bahan ini adalah antibodi immunoglobulin yang disebut TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin), yang berikatan
dengan reseptor membran yang sama dengan reseptor yang mengikat TSH. Bahan –
bahan tersebut merangsang aktivasi cAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah
hipertiroidisme. Karena itu pada pasien hipertiroidisme kosentrasi TSH menurun,
sedangkan konsentrasi TSI meningkat. Bahan ini mempunyai efek perangsangan yang
panjang pada kelenjar tiroid, yakni selama 12 jam, berbeda dengan efek TSH yang
hanya berlangsung satu jam. Tingginya sekresi hormon tiroid yang disebabkan
oleh TSI selanjutnya juga menekan pembentukan TSH oleh kelenjar hipofisis
anterior.
Pada hipertiroidisme, kelenjar
tiroid “dipaksa” mensekresikan hormon hingga diluar batas, sehingga untuk
memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori kelenjar tiroid membesar. Gejala
klinis pasien yang sering berkeringat dan suka hawa dingin termasuk akibat dari
sifat hormon tiroid yang kalorigenik, akibat peningkatan laju metabolisme tubuh
yang diatas normal. Bahkan akibat proses metabolisme yang menyimpang ini,
terkadang penderita hipertiroidisme mengalami kesulitan tidur. Efek pada
kepekaan sinaps saraf yang mengandung tonus otot sebagai akibat dari
hipertiroidisme ini menyebabkan terjadinya tremor otot yang halus dengan
frekuensi 10-15 kali perdetik, sehingga penderita mengalami gemetar tangan yang
abnormal. Nadi yang takikardi atau diatas normal juga merupakan salah satu efek
hormon tiroid pada sistem kardiovaskuler. Eksopthalmus yang terjadi merupakan
reaksi inflamasi autoimun yang mengenai daerah jaringan periorbital dan otot-otot
ekstraokuler, akibatnya bola mata terdesak keluar.
G. WOC
H.
PENATALAKSANAAN
a.
Konservatif
Tata laksana
penyakit Graves :
Ì Obat
Anti-Tiroid. Obat ini menghambat produksi hormon tiroid. Jika dosis berlebih,
pasien mengalami gejala hipotiroidisme.Contoh obat adalah sebagai berikut :
1.
Thioamide
2.
Methimazole dosis awal 20 -30 mg/hari
3.
Propylthiouracil (PTU) dosis awal 300 – 600 mg/hari, dosis maksimal 2.000
mg/hari
4.
Potassium Iodide
5.
Sodium Ipodate
6.
Anion Inhibitor
7.
Beta-adrenergic reseptor antagonist.
Obat ini adalah untuk mengurangi gejalagejala hipotiroidisme. Contoh:
Propanolol
Indikasi :
1.
Mendapat remisi yang menetap atau memperpanjang remisi
pada pasien muda dengan struma ringan –sedang dan tiroktosikosis
2.
Untuk mengendalikan tiroktosikosis pada fase sebelum
pengobatan atau sesudah pengobatan yodium radioaktif
3.
Persiapan tiroidektomi
4.
Pasien hamil, usia lanjut
5.
Krisis tiroid
Penyekat adinergik à pada awal terapi diberikan, sementara menunggu pasien
menjadi eutiroid setelah 6-12 minggu pemberian anti tiroid. Propanolol dosis
40-200 mg dalam 4 dosis pada awal pengobatan, pasien kontrol setelah 4-8
minggu. Setelah eutiroid, pemantauan setiap 3-6 bulan sekali: memantau gejala
dan tanda klinis, serta Lab.FT4/T4/T3 dan TSHs. Setelah tercapai eutiroid, obat
anti tiroid dikurangi dosisnya dan dipertahankan dosis terkecil yang masih
memberikan keadaan eutiroid selama 12-24 bulan. Kemudian pengobatan dihentikan
, dan di nilai apakah tejadi remisi. Dikatakan remisi apabila setelah 1 tahun
obat antitiroid di hentikan, pasien masih dalam keadaan eutiroid, walaupun
kemidian hari dapat tetap eutiroid atau terjadi kolaps.
b.
Surgical
·
Radioaktif iodine.
Tindakan ini adalah untuk memusnahkan kelenjar tiroid
yang hiperaktif
·
Tiroidektomi.
Tindakan pembedahan ini untuk mengangkat kelenjar
tiroid yang membesar
BAB III
ASUHAN
KEPERAWATAN TEORITIS
1.
Pengkajian
I. Identitas
Nama :
Tempat dan
tanggal lahir :
Umur :
Jenis
kelamin :
Alamat :
No. Rekam
medik :
Status perkawinan :
Agama :
Pendidikan
terakhir :
Pekerjaan :
Tanggal
masuk RS :
II. TANDA-TANDA VITAL
TD :
Suhu :
RR :
Nadi :
III. RIWAYAT KESEHATAN
a. Riwayat
kesehatan dahulu
b.
Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya
pasien merasa perutnya tidak enak dan sering buang air besar dengan konsistensi
cair.
c.
Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya
keluarga pasien tidak ada yang mengalami penyakit yang sama seperti pasien
IV. Pemeriksaan fisik
a.
Kepala
1. Rambut : biasanya rambut klien tampak,berwarna hitam,kulit
kepala bersih,dan tidak rontok
2.Wajah : Terlihat menahan sakit, tidak ada perubahan
fungsi atau bentuk
3.Mata : Simetris kiri kanan, isokor (3mm), konjungtiva
anemis, sklera tidak ikterik, dan pupil normal (mengecil).
4.Hidung : Tidak ada deformitas dan tidak ada pernafasan
cuping hidung
5.Mulut : Tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak
terjadi perdarahan, mukosa mulut tidak pucat
6.Telinga :
Telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada lesi atau nyeri
b.
Leher :
Biasanya tidak ada pembesaran tyroid dan pembesaran getah bening
c.
Dada/Thorax
Inspeksi : Tidak ada kelainan
pernafasan
Palpasi : Biasanya ditemukan
takil premitus seimbang kiri dan kanan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Tidak ditemukan suara nafas tambahan
d.
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus
cordis tidak teraba RIC V.
Perkusi : Pekak
Auskultasi : Irama jantung teratur.
e. Perut/abdomen
Inspeksi : bentuk datar, tidak
membuncit.
Auskultasi : bising usus normal (5-35 x/i)
Palpasi
: Turgor kulit baik, hepar tidak teraba
Perkusi : Tympani
f. Genitalia
Biasanya tidak ada gangguan pada genitalianya, tidak
ada keluhan nyeri pada genitalianya, warna urinenya normal (jernih kekuningan,
tidak terdapat endapan, baunya khas.
g.
Ekstremitas
Biasanya
tidak ada gangguan pada ekstremitas pasien.
V.
Pola
kebiasaan sehari-hari
a.
Nutrisi
1.Makanan
a. sehat : klien
makan teratur, makan 3x sehari habis 1
porsi denagn nasi+lauk+sayuran+buah.
b. sakit : klien
makan 2x sehari , habis < ½ porsi dengan nasi+lauk pauk, klien mengatakan
terjadi penurunan nafsu makan karena mual muntah yang di alami.
2.Minuman
a. sehat : klien
megatakan minum 2 liter/ hari , komposisi: air putih.
b. sakit : <1,5
L, komposisi: air putih , cairan infus
b.
Eliminasi
1.
BAK
a. sehat : klien mengatakan BAK
5-6 x sehari warna kuning-kekuningan, tidak ada endapan dan tidak ada keluhan
nyeri.
b. sakit : 2-3 x sehari<
200 ml, warna kuning,tidak ada endapan dan tidak ada keluhan nyeri
2.
BAB
a. sehat : 2x/ hari,
konsistensi padat, warna kekuningan , tidak ada nyeri.
b. sakit : 1x/ hari ,
konsistensi padat,warna kekuningan, tidak ada nyeri.
c.
Istirahat dan tidur
a. sehat : siang
hari tidur 1-2 jam, tidur malam 6-7 jam, dan tidak ada gangguan tidur.
b. sakit : siang
hari tidur <1 jam, tidur malam 4-5 jam, klien mengatakan sulit tidur karena
nyeri yang dirasakan.
d. Personal Hygiene
1.
Mandi
a. sehat : 2x
sehari, pakai sabun , dan mandi sendiri.
b. sakit : 1x
sehari, mandi lap, di bantu oleh perawat dan keluarga.
2.
Gosok gigi
a. sehat : 2x
sehari , pakai odol,mandiri
b. sakit : tidak
pernah gosok gigi , hanya berkumur-kumur , di bantu keluarga.
B. Diagnosa
a.
Resiko tinggi teradap penurunan curah jantung
berhubungan dengan hipertiroid tidak
terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung.
b.
Kelelahan
berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energy.
c.
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan metabolisme (peningkatan
nafsu makan atau pemasukan dengan penurunan berat badan ).
d.
Ansietas
berhubungan dengan faktor fisiologis; status hipermetabolik.
e.
Kurang
pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan tidak mengenal sumber informasi.
C.
Intervensi
Keperawatan NANDA NIC NOC
NO
|
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
|
TUJUAN DAN
KRITERIA HASIL
|
INTERVENSI
|
1
|
Penurunan curah jantung
Definisi :
Ketidakadekuatan darah yang dipompa oleh jantung untuk memenuhi kebutuhan metabolik
tubuh.
Batasan Karakteristik :
·
Perubahan frekuensi/irama jantung
-Aritmia
-Brakikardi, takikardi
-Perubahan
EKG
-Palpitasi
· Perubahan preload
-Penurunan
tekanan vena central
-Penurunan
tekanan arteri paru
-Edema,
keletihan
-Distensi
vena jugular.
-Murmur
-Peningkatan
berat badan
·
Perubahan
Afterload
-Kulit lembab
-Penurunan nadi perifer
-Penurunan resistansi vascular paru
-Dispnea
-Oliguria
-Perubahan warna kulit
-Variasi pada pembacaaan TD.
·
Perubahan
Kontraktilitas
-Batuk.
-Penurunan
indeks jantung
-Penurunan
fraksi ejeksi
-Ortopnea
Dispnea
paroksismal nokturnal
-Penurunan
stroke volume index
-Bunyi S3,
bunyi S4
· Perilaku/emosi
-Ansietas,
gelisah
Faktor
yang berhubungan :
· Perubahan afterload
· Perubahan kontraktilitas
· Perubahan frekuensi jantung
· Perubahan preload
· Perubahan irama
· Perubahan volume sekuncup
|
NOC
v Cardiac
Pump Effectiveness
v Circulation
Status
v Vital Sign
Status
Kriteria
Hasil
v Tanda
vital dalam rentang normal
v Dapat
mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan
v Tidak ada
edema paru, perifer, dan tidak ada asites
v Tidak ada
penurunan kesadaran
|
NIC
Cardiac Care
§ Evaluasi
adanya nyeri dada
§ Catat
adanya disritmia jantung
§ Catat
adanya tanda dan gejala penurunan cardiac output
§ Monitor
status kardiovaskuler
§ Monitor
status pernafasan yang menandakan gagal jantung
§ Monitor
abdomen sebagai indikator penurunan perfusi
§ Monitor
adanya perubahan TD
§ Monitor
respon pasien terhadap efek pengobatan antiaritmia
§ Atur
periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan
§ Monitor
adanya dispnea, fatigue, takipnea dan ortopnue.
§ Anjurkan
untuk menurunkan stres.
Vital Sign
Monitoring
§ Monitor
TTV
§ Catatt
adanya fluktuasi TD
§ Monitor VS
saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
§ Auskultasi
TD pada kedua lengan dan bandingkan
§ Monitor
TTV setelah aktivitas
§ Monitor
kualitas dari nadi
§ Monitor
adanya pulsus paradoksus
§ Monito
jumlah dan irama jantung
§ Monitor
frekuensi dan irama pernapasan
§ Monitor
suara paru
§ Monitor
pola pernafasan abnormal
§ Monitor
suhu, warna, dan kelembanan kulit
§ Monitor
sianosis perifer
§ Identifikasi
penyebab dari perubahan vital sign
|
2
|
Keletihan
Definisi : rasa letih luar biasa dan
penurunan kapasitas kerja fisik dan jiwa pada tingkat yang biasanya secara
terus menerus
Batasan Karakteristik
·
Gangguan konsentrasi
·
Gangguan libido
·
Penurunan performa
·
Kurang minat terhadap sekitar
·
Mengantuk
·
Peningkatan keluhan fisik
·
Introspeksi
·
Kurang energi
·
Letargi
·
Lesu
·
Persepsi membutuhkan energi tambahan untuk
menyelesaikan tugas rutin
·
Mengatakan kurang energi yang luar biasa
·
Mengatakan kurang energi yang tidak kunjung reda
·
Mengatakan perasaan lelah
·
Merasa bersalah karena tidak dapat menjalankan
tanggung jawab
·
Mengatakan tidak mampu mempertahankan aktivitas
fisik pada tingkat yang biasanya
·
Mengatakan tidak mampu memperhatankan rutin itas
yang biasanya
·
Mengatakan tidak mampu memulihkan energi, setelah
tidur sekalipun
Faktor
yang berhubungan :
·
Psikologis
-Ansietas,
depresi
-Mengatakan
gaya hidup membosankan, stres.
·
Fisiologis
-Anemia,
status penyakit
-Peningkatan
kelemahan fisik
-Malnutrisi,
kondisi fisik buruk
-Kehamilan,
deprivasi tidur.
·
Lingkungan
-Kelembapan,
suhu, cahaya, kebisingan
·
Situasional
-Peristiwa
hidup negatif
-Pekerjaan
|
NOC
v Endurance
v Concentrasion
v Energy
conservation
v Nutritional
status :energy
Kriteria
Hasil :
v Memverbalisasikan
peningkatan energy dan merasa lebih baik
v Menjelaskan
penggunaan energy untuk mengatasi kelelahan
v Kecemasan
menurun
v Glukosa
darah adekuat
v Kualitas
hidup meningkat
v Istirahat
cukup
v Mempertahankan
kemampuan untuk berkonsentrasi
|
NIC
Energy management
§ Observasi
adanya pembaatsan klien dalam melakukan aktivitas
§ Dorong
anak untuk mengungkapkan perasaan terhadap keterbatasan
§ Kaji
adanya faktor yang menyebabkan kelelahan
§ Monitor
nutrisi dan sumber energy yang adekuat
§ Monitor
pasien akan adanya kelelahan fsisik dan emosi secara berlebihan
§ Monitor
respon kardiovaskuler terhadap aktivitas
§ Moniotr
pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
§ Dukung
pasien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan, berhubungan dengan
perubahan hidup yang disebabkan keletihan
§ Bantu
aktivitas sehari-hari sesuai kebutuhan
§ Tingkatkan
tirah baring dan pembatasan aktivitas
§ Konsultasi
dengan ahli gizi untuk meningkatkan asupan makanan yang berenergi tinggi
Bahavorior
Management
Activity
terapy
Energy
management
Nutrition management
|
3
|
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh
Definisi : asupan nutrisi tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan metabolik
Batasan karakteristik :
·
Kram abdomen
·
Nyeri abdomen
·
Menghindari makanan\
·
BB 20% / lebih dibawah BB ideal
·
Kerapuhan kapiler
·
Diare
·
Kehilangan rambut berlebihan
·
Kurang makanan
·
Bising usus hiperaktif
·
Kurang informasi
·
Kurang minat pada makanan
·
Penurunan BB dengan asupan makanan adekuat
·
Kesalahan konsepsi
·
Membran mukosa pucat
·
Ketidakmampuan memakan makanan
·
Tonus otot menurun
·
Mengeluh gangguan sensari rasa
·
Mengeluh asupan makanan kurang RDA
·
Cepat kenyang setelah makan
·
Sariawan ronnga mulut
·
Kelemahan otot pengunyah
·
Kelemahan otot untuk menelan
Faktor-faktor
yang berhubungan :
·
Faktor biologis
·
Faktor ekonomi
·
Ketidakmampuan untuk mengabsorpsi nutrien
·
Ketidakmampuan untuk mencerna makanan
·
Ketidakmampuan menelan makanan
·
Faktor psikologis
|
NOC
v Nutritional
status
v Nutritional
status : food and fluid intake
v Nutritional
status : nutrient intake
v Weight
control
Kriteria
Hasil :
v Adanya peningkatan berat badan sesuai denga
tujuan
v BB ideal
sesuai dengan TB
v Mampu
mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
v Tidak ada
tanda-tanda malnutrisi
v Menunjukkan
peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
v Tidak
terjadi penuranan BB yang berarti
|
NIC
Nutrition management
§ Kaji
adanya alergi makanan
§ Kolaborasi
dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
pasien
§ Anjurkan
pasien untuk meningkatkan intake Fe
§ Anjurkan
pasien untuk meningkatkan protein dan vit C
§ Berikan
substansi gula
§ Yakinkan
diet yang dimakan mengandun g tinggi serat untuk mencegah konstipasi
§ Berikan
makanan yang terpilih
§ Ajarkan
pasien bagaimana membuat catatat makanan harian
§ Monitor
jumlah nutrisi dan kandungan kalori
§ Berikan
informasi tentang kebutuhan nutrisi
§ Kaji kemampuan
pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition
Monitoring
§ BB pasien
dalam batas normal
§ Monitor
adanya penurunan BB
§ Monitor
tipe dan jumlah aktivitasyang biasa dilakukan
§ Monitor
interaksi anak atau ortu selama makan
§ Monitor
lingkungan selama makan
§ Jadwalkan
pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
§ Monitor
turgor kulit
§ Monitor
kulit kering dan perubahan pigmentasi
§ Monitor
kekeringan, rambut kusam, dan mudah
patah
§ Monitor
mual dan muntah
§ Monitor
kadar albumin, total protein, Hb
§ Monitor
pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
§ Monitor
kalori dan intake nutrisi
§ Catat
adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral
§ Catat jika
lidah berwarna magenta, scarlet.
|
BAB
IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penyebab
dari hipertiroidisme yaitu adanya Gangguan homeostatic yang disebabkan
oleh produksi TSH yang berlebihan atau adanya perubahan autonomic kelenjar
tiroid menjadi hiperfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. Ada
banyak gejala pada penderita penyakit ini yakni gemetar, palpitasi, gelisah, penurunan
berat badan yang drastic, nafsu makan meningkat, emosional, dsb.
B.
SARAN
Setelah
membaca makalah ini, penulis berharap agar kita senantiasa memiliki gaya hidup
yang sehat. Dan juga bagi perawat yang kelak bekerja di rumah sakit agar dapat
mengetahui seluk beluk dari penyakit hipertiroidisme yang pada akhirnya dapat
memberikan pelayanan yang terbaik apabila menemukan pasien yang menderita
penyakit ini pada khususnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Dwi Tri Martiana Rahayu, dkk. Hipertiroid. http://tiaraaskep.blogspot.com/2008/11/hipertiroid.html.
Diakses tanggal 21 Januari 2014.
Doenges, M.E dan Moorhouse, M.F. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, ed 3. Jakarta: EGC.
Greenspan, Francis S. dan Baxter, John D. 2000. Endokrinologi Dasar &
Hermawan, Andreas. Solusi Alami Hipertiroid Tanpa
Operasi. http://healindonesia.wordpress.com. Diakses
tanggal 7 April 2010.
Ismail. Askep Klien Hipertiroidisme.
Kumar, dkk. 2007. Buku Ajar Patologi, vol
2. Jakarta: EGC.
Langganan:
Postingan (Atom)